Pengamatan terhadap Zionis tidak dapat dilepaskan dari proposal global “Pemerintahan Tunggal” dalam Tatanan Dunia Baru (New World Order/Novus Ordo Seclorum). Agenda global Zionis adalah melenyapkan semua agama dan negara. Keimanan dan kebangsaan harus dihilangkan dan semuanya menyatu dalam tatanan dunia baru itu, dengan menyembah Lucifer sebagai tuhan. Lucifer tiada lain adalah Dajjal. New World Order diwujudkan melalui konspirasi global yang berlangsung sangat lama.
Tatanan baru ini dimulai pada tahun 2000, dan kini kita berada di milenium ketiga yang ditandai dengan menguatnya globalisasi—yang tiada lain merupakan imperialisme model baru. William T. Still menyebutkan bahwa rencana pembentukan tatanan ini telah disusun sejak ribuan tahun silam oleh sekelompok elite dalam secret societies (masyarakat tersembunyi).
Penelusuran literatur menunjukkan bahwa kelompok ini adalah Illuminati, merujuk pada Illuminati Bavaria. Illuminati merupakan kelanjutan dari Freemasonry, yang berakar dari Ksatria Templar yang didirikan pada abad ke-12—musuh utama Shalahuddin Al-Ayyubi dalam Perang Salib. Freemasonry bertujuan melanjutkan cita-cita para Qabalis: membangun Tatanan Dunia Baru yang telah dirancang sejak 4000 tahun lalu.
Still mengungkapkan bahwa pada abad ke-21 ini, pendirian New World Order digerakkan dua kekuatan rahasia, yakni Freemasonry dan Illuminati. Bahkan, William Josiah Sutton menyatakan bahwa pembentukan tatanan tersebut telah direncanakan sejak zaman purba oleh Lucifer, guna menolak Tuhan dan menggantikannya dengan Lucifer. Ralph Epperson dalam bukunya The New World Order dan Constance Cumbey dalam The Hidden Dangers of the Rainbow juga mengungkap hal serupa.
Sosok Lucifer ini digambarkan dalam uang satu dolar AS, pada simbol “mata satu” di puncak piramida dengan tulisan Latin “Novus Ordo Seclorum”. Mata satu itu dikenal sebagai The Eye of Providence, simbol dari masyarakat rahasia yang hendak mengendalikan dunia di bawah Lucifer (Dajjal). Tulisan “Annuit Coeptis” berarti “Dia yang menyetujui usaha kita”, dan “Dia” yang dimaksud adalah Dajjal.
Aktivitas Zionis Internasional di milenium ketiga ini adalah kelanjutan dari estafet yang dirancang Adam Weishaupt pada 1 Mei 1776, perumus The Protocols of the Elders of Zion. Tujuan utama dari protokol tersebut adalah penguasaan dunia. Estafet ini akan mencapai titik puncak pada pembangunan Kuil Sulaiman (Solomon Temple) sebagai pengganti Masjid Al-Aqsha. Inilah ambisi utama Zionis dalam merebut tanah Palestina. Penguasaan ini akan mengarah pada Perang Dunia III dan akhirnya Perang Armageddon (Al-Malhamah Al-Kubro).
Para pakar menjelaskan bahwa New World Order adalah bentuk penyembahan terhadap Lucifer melalui program penyatuan agama (New Age Movement) dan paham pluralisme agama. Tujuannya adalah mencampuradukkan ajaran agama hingga tak satu pun diyakini kebenarannya. Konspirator pun menciptakan revolusi dan peperangan global. Kerusakan dunia akan terjadi, bukan hanya dari perang, tapi juga kehancuran ekonomi, lingkungan, kelaparan, dan penyakit massal. Dari kehancuran inilah solusi global akan ditawarkan—yakni New World Order, di bawah otoritas tunggal Lucifer.
Zionis juga memiliki peran besar dalam meletusnya Perang Dunia I dan II. Di balik kejatuhan Khilafah Utsmaniyah, Zionis terlibat dalam propaganda dan konspirasi besar. Saat negara “Israel” terbentuk, mereka segera terlibat dalam banyak perang dengan negara-negara Arab. Para ahli bahkan meramalkan bahwa Perang Dunia III juga akan disulut oleh “Israel”.
William T. Still memprediksi Perang Dunia III akan terjadi di Timur Tengah, antara umat Islam dan Yahudi Khazar. Ini akan menyebabkan perang Armageddon. William G. Carr menyebutkan bahwa Zionis mempersiapkan tiga perang dunia:
- Perang Dunia I: Menjatuhkan kekuasaan kerajaan Rusia, menjadikan Rusia sebagai pusat Atheisme (komunisme), dan menyebarkan komunisme untuk menghancurkan agama dan moral.
- Perang Dunia II: Memberi kesempatan komunisme menguasai separuh dunia, sekaligus membuka jalan bagi Zionisme politik mendirikan negara “Israel” di Palestina.
- Perang Dunia III: Benturan antara Zionisme dan pemimpin Islam untuk menghancurkan Islam. Zionis akan menyeret seluruh negara ke dalam perang ini sebagai kelanjutan dari cita-cita mereka.
Albert Pike (Grand Commander Freemason AS) dalam suratnya kepada Giuseppe Mazzini tahun 1871, secara mengejutkan meramalkan Perang Dunia I dan II secara akurat. Tentang PD I, Pike menyebut bahwa Illuminati harus menggulingkan Tsar Rusia dan menjadikan Rusia basis komunisme. Untuk PD II, Zionisme harus cukup kuat untuk mewujudkan negara “Israel” di Palestina. Kedua hal ini benar-benar terjadi.
Armageddon sendiri diyakini sebagai pertempuran akhir yang berpusat di Timur Tengah, yang dalam Islam disebut Al-Malhamah Al-Kubro. Jan van Helsing menyebut bahwa perang dunia telah melalui skenario Illuminati:
- PD I: Menjatuhkan Kekaisaran Rusia.
- PD II: Menguatkan komunisme dan membentuk negara “Israel”.
- PD III: Konflik besar antara “Israel” dan bangsa Arab, mengarah pada perang Armageddon.
Isu “terorisme” dimanfaatkan untuk membenarkan agresi Zionis terhadap perlawanan Palestina. Semua perlawanan terhadap “Israel” diberi label teroris, termasuk Hamas.
Zionis tidak menginginkan perang untuk kemenangan semata, tetapi sebagai jalan hingga datangnya “juru selamat” mereka, yakni Dajjal. Penelitian Muhammad Isa Dawud dalam bukunya Dajjal Akan Muncul dari Segitiga Bermuda menyebutkan bahwa Dajjal kini berada di wilayah perairan Bermuda. Penelitian ini menuai perhatian luas. Dajjal yang dimaksud pernah disaksikan oleh Tamim Ad-Daari RA dan disampaikan kepada Rasulullah SAW, yang kemudian membenarkannya. Rasulullah menyebut bahwa Dajjal datang dari arah timur. Ini menjadi petunjuk geopolitik penting bagi umat Islam.
Menjelang Perang Dunia III, peran Amerika Serikat dan “Israel” sangat erat. Hampir semua Presiden AS sejak 1776 mengadopsi kebijakan Zionis, termasuk Woodrow Wilson yang mendukung Deklarasi Balfour 1917, membuka pintu imigrasi Yahudi ke Palestina.
AS mengontrol Timur Tengah dan melindungi “Israel”. Di saat yang sama, AS mengkhawatirkan bangkitnya komunisme, seperti dari China, yang juga menambah ketegangan regional di Laut China Selatan.
AS meyakini bahwa komunisme adalah Anti-Christ, padahal komunisme itu sendiri adalah produk secret societies. Karl Marx, pencetus komunisme, dan Charles Darwin, pencetus evolusi, keduanya berasal dari akar paganisme kuno. Hitler pun diyakini sebagai agen Illuminati, sebagaimana disebut dalam buku Illuminati: The Cult That Hijacked the World karya Henry Makow.
Mengapa konflik antara komunisme dan Zionisme tidak memisahkan keduanya? Karena keduanya lahir dari sumber yang sama. Para elite Zionis-lah yang menentukan arah kebijakan AS, termasuk ekonomi dan politik. Theodor Herzl dalam Der Judenstaat mencetuskan ide pendirian negara Yahudi dan dominasi dunia lewat New World Order. Chaim Weizmann juga mengerahkan seluruh jaringan Yahudi dunia untuk mendukung tujuan ini.
Kini, terdapat 49 organisasi Yahudi besar di bawah Conference of Presidents of Major American Jewish Organizations (CPMAJO)—jumlah yang sama dengan negara bagian AS. Di dalamnya terdapat AIPAC dan AJC yang sangat berpengaruh dalam lobi politik AS. Simbol pada uang satu dolar AS menegaskan dominasi kekuatan Zionis. Di depan, George Washington. Di belakang, piramida—simbol kekuatan di balik AS.
Ajaran Darwinisme, Holocaust, dan fasisme digunakan sebagai alat untuk memobilisasi imigrasi Yahudi Ashkenazi ke Palestina dan memicu genosida terhadap rakyat Palestina—semua ini sebagai entry point menuju Perang Dunia III.
Semua skenario ini terangkum dalam The Protocols of the Elders of Zion. Dalam Protokol Dua disebutkan bahwa perang harus dikendalikan tanpa pemisahan teritorial yang berarti, namun menjadikan semua pihak bergantung kepada wakil internasional mereka (para agen). Ini adalah bukti nyata bahwa semua konflik didesain dan dikendalikan secara sistematis oleh elit Zionis, dengan dukungan penuh dari AS dan sekutunya.
Jakarta, 16 Juli 2025
(*/arrahmah.id)
Editor: Samir Musa