XINJIANG (Arrahmah.id) — Sebuah video memilukan tentang muslimah Uighur viral di media sosial. Dalam video tersebut, dia meminta fatwa untuk dapat melakukan bunuh diri pada seorang imam dari Palestina.
“Saya tahu ini haram dalam agama Islam, tapi dapatkah kami minta fatwa dari Anda.? Dapatkah kami melakukan bunuh diri,” ujar muslimah Uighur dengan isak tangis, dikutip dari wawancaranya bersama seorang imam Palestina seperti dilansir DOAM (7/8/2025).
Permintaan bunuh diri itu diminta muslimah Uighur karena mereka mengalami kekerasan seksual sistematis, termasuk pemerkosaan, dan beberapa dipaksa menikah dengan pria cina komunis sebagai bagian dari kampanye asimilasi yang dipimpin negara.
Bagi mereka yang menolak maka akan dikirim ke “kamp pendidikan ulang”, tempat indoktrinasi ideologi Partai Komunis untuk menekan agar muslim Uighur meninggalkan keyakinan agama mereka dan dipaksa menjadi ateis. Kamp-kamp ini seringkali mencakup kondisi yang keras, penyiksaan psikologis, dan kerja paksa.
Dengan terbata-bata Imam Palestina gemetar mencoba menjawab pertanyaan yang mudah namun sulit diungkapkan itu.
“Saya tidak tahu harus menjawab apa, meski semua sudah tahu apa itu hukumnya bunuh diri dalam Islam. Tapi saudari kita ini dipaksa tidur dengan pria atheis,” ungkapnya.
Dia meminta umat muslim di seluruh dunia jangan hanya diam saja akan kejadian di Uighur ini.
“Kita telah begitu lama melupakan mereka. Para ulama melupakan mereka. Negeri-negeri muslim melupakan mereka bahkan dunia melupakan mereka,” katanya sambil mengingatkan bahwa bukan di Palestina saja kekejaman itu terjadi.
“Mungkin ini adalah salah satu genosida terburuk yang terjadi di muka bumi saat ini. Sayangnya, tidak ada media yang memberitakan mereka. Semua dikontrol Cina. Bahkan CNN dan BBC pun luput memberitakan mereka,” tambah imam Palestina.
Menurut Imam Palestina tersebut, saat ini informasi tentang muslim Uighur hanya didapat dari mereka yang berhasil kabur ke luar negeri. Dari merekalah kemudian kita tahu ada ‘kamp konsentrasi’ yang diperuntukan untuk 2-3 juta muslim. Dimana anak-anak mereka harus diberikan pada negara, diganti namanya dan dilarang mengucapkan salam.
Praktik-praktik Islam dan identitas budaya muslim terus menjadi sasaran agresif. Tak kurang 11.00 masjid telah dihancurkan atau dialihfungsikan. Bahkan ekspresi keyakinan publik – seperti berjenggot atau memiliki nama Islam tradisional – dikriminalisasi. Selama Ramadan, Muslim Uighur pun dilaporkan dipaksa makan daging babi dan minum alkohol, yang secara langsung melanggar prinsip-prinsip agama mereka. (hanoum/arrahmah.id)