NEW YORK (Arrahmah.id) — Perdana Menteri ‘Israel’, Benjamin Netanyahu, menyampaikan pidato dalam Sidang Umum PBB pada Jumat (26/9/2025) di New York, Amerika Serikat. Dalam pidatonya, Netanyahu banyak menyampaikan berbagai fakta dan menyangkal berbagai tuduhan internasional.
Namun berdasarakan analisa Al Jazeera (27/9), ada klaim-klaim Netanyahu yang dianggap sebagai kebohongan, berikut daftarnya:
1. Klaim: Jika Hamas menyetujui tuntutan ‘Israel’, perang bisa berakhir “sekarang juga”.
Fakta: ‘Israel’, dengan dukungan politik dan militer penuh dari Amerika Serikat, telah berulang kali memblokir upaya gencatan senjata di Gaza.
Netanyahu dan pemerintahannya kerap dikecam keluarga para tawanan di Gaza, bersama ribuan warga ‘Israel’ yang memprotes untuk menuntut diakhirinya perang dan pemulangan semua tawanan.
Pada 18 Maret, ‘Israel’ menggagalkan kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas dengan membunuh lebih dari 400 warga Palestina, serta memberlakukan blokade total selama berbulan-bulan yang menyebabkan kelaparan.
Awal bulan ini, ‘Israel’ mengeklaim, menyetujui proposal gencatan senjata, tetapi kemudian justru mengebom Qatar untuk menargetkan kepemimpinan politik Hamas di luar Gaza, sehingga memupus harapan negosiasi.
2. Klaim: ‘Israel’ berupaya keras meminimalkan korban sipil di Gaza. Netanyahu menyebut, rasio korban sipil dan kombatan di Gaza “kurang dari dua banding satu”.
Fakta: Investigasi pada Agustus 2025 mengungkap database rahasia ‘Israel’ yang menunjukkan 83 persen korban tewas di Gaza adalah warga sipil.
Investigasi majalah +972, Local Call, dan The Guardian menemukan bahwa dari 8.900 nama pejuang Hamas yang tercatat, sebagian bahkan hanya ditandai sebagai “kemungkinan tewas”. Artinya, jumlah korban sipil bisa lebih tinggi dari yang diakui.
3. Klaim: Hamas menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Fakta: Netanyahu menuduh Hamas bersembunyi di masjid, sekolah, rumah sakit, dan apartemen untuk menjadikan warga sipil sebagai perisai manusia.
Tuduhan ini kerap dijadikan dalih ‘Israel’ untuk mengebom fasilitas sipil, termasuk rumah sakit, sekolah, ambulans, masjid, serta infrastruktur vital seperti air dan listrik. Namun, ‘Israel’ tidak pernah menunjukkan bukti kuat bahwa Hamas menggunakan fasilitas sipil sebagai “pusat komando militer”.
4. Klaim: Negara yang melakukan genosida tidak akan memperingatkan warga sipil agar menjauh dari bom.
Fakta: Netanyahu menyebut evakuasi paksa sebagai bukti ‘Israel’ tidak melakukan genosida.
Padahal, Mahkamah Internasional (ICJ), komisi penyelidikan PBB, Asosiasi Cendekiawan Genosida Internasional, kelompok HAM internasional (termasuk B’Tselem dan Amnesty International), serta sejumlah negara menyimpulkan ‘Israel’ melakukan tindakan genosida di Gaza.
Laporan dari PBB, organisasi kemanusiaan, dan dokter di lapangan juga menegaskan bahwa Israel secara sistematis memblokir bantuan dan menciptakan kondisi yang sangat tidak aman, di mana distribusi bantuan seringkali dijarah akibat situasi kacau.
5. Klaim: ‘Israel’ tidak menghalangi bantuan masuk; Hamas-lah yang mencuri bantuan.
Fakta: Beberapa laporan, termasuk dari tentara ‘Israel’ sendiri dan badan bantuan AS (USAID), menyatakan Hamas tidak mencuri bantuan yang sedikit diizinkan masuk.
‘Israel’ memberlakukan blokade penuh pada berbagai periode, terakhir antara Maret–Mei 2025.
Pada Mei, ‘Israel’ menunjuk Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF) untuk menyalurkan bantuan melalui hanya empat lokasi bagi dua juta warga Gaza.
Lokasi distribusi dijaga tentara ‘Israel’, dan lebih dari 1.000 orang tewas ketika berebut bantuan makanan.
Netanyahu bahkan secara terbuka mengakui pemerintahannya mendukung milisi Palestina yang dituding menjarah truk bantuan.
6. Klaim: Iran mengembangkan program senjata nuklir besar-besaran untuk menghancurkan ‘Israel’.
Fakta: Iran berulang kali menegaskan program nuklirnya bersifat sipil, bukan untuk membuat senjata nuklir.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) menyatakan belum ada bukti Iran memproduksi senjata nuklir, meski ada kekhawatiran terkait pengayaan uranium.
Sebaliknya, ‘Israel’ diyakini memiliki 90 lebih hulu ledak nuklir.
Laporan House of Commons Library di Inggris menyebut ‘Israel’ juga diduga masih memproduksi plutonium dan bahkan memiliki triad nuklir (peluncuran dari darat, laut, dan udara).
Sanksi PBB terhadap Iran dicabut lewat kesepakatan nuklir 2015, namun AS di bawah Donald Trump menarik diri pada 2018.
Hal ini mendorong Iran meningkatkan pengayaan hingga 60 persen—masih di bawah 90 persen yang diperlukan untuk membuat bom—dan Iran bersikeras tidak akan membuat senjata pemusnah massal.
7. Klaim: ‘Israel’ berhasil membunuh komandan militer dan ilmuwan nuklir Iran.
Fakta: ‘Israel’ memang membunuh puluhan tokoh militer dan ilmuwan nuklir Iran. Namun, otoritas Iran menegaskan hal itu tidak menghentikan program mereka.
Sebagian sistem pertahanan udara Iran masih berfungsi, lainnya telah diperbaiki atau diganti. Iran juga mengancam akan melancarkan lebih banyak serangan balasan jika diserang ‘Israel’.
8. Klaim: ‘Israel’ telah membunuh separuh pimpinan Houthi, Hamas, dan Hizbullah, menghancurkan persenjataan mantan pemimpin Suriah Bashar al-Assad di Suriah, dan menghalau milisi Syiah di Irak.
Fakta: ‘Israel’ memang menewaskan perdana menteri Houthi dan sejumlah pejabatnya bulan lalu, namun komando militer Houthi tetap utuh. Kelompok tersebut, terus menyerang ‘Israel’ dengan drone dan rudal.
‘Israel’ juga menewaskan sejumlah pemimpin senior Hamas, termasuk Yahya Sinwar dan Ismail Haniyeh, namun Hamas masih melawan pasukan darat ‘Israel’ di Gaza.
Di Lebanon, meski ‘Israel’ menewaskan banyak pimpinan Hizbullah, termasuk Hassan Nasrallah, kelompok itu tetap berkomitmen melawan Israel.
Di Suriah, setelah runtuhnya dinasti Assad, ‘Israel’ menghancurkan banyak aset militer dan terus menduduki Dataran Tinggi Golan serta wilayah selatan Damaskus dengan dalih keamanan nasional. (hanoum/arrahmah.id)