GAZA (Arrahmah.id) – Armada Global Sumud Flotilla, yang bertujuan mematahkan blokade ‘Israel’ atas Jalur Gaza, mengumumkan bahwa mereka kini berjarak sekitar 800 kilometer dari Gaza setelah berangkat dari Pulau Kreta, Yunani.
Beberapa jam kemudian, para aktivis memperbarui informasi: jarak mereka tinggal 692 kilometer dari Gaza, seraya menegaskan bahwa mereka “semakin dekat setiap hari.”
Dalam video yang diposting di akun resmi X, para aktivis menyebutkan bahwa dua drone terbang rendah di sekitar kapal mereka pada malam hari, meski tidak melakukan serangan.
Menurut laporan Al Jazeera, penyelenggara mengatakan armada ini terdiri dari 42 kapal yang berasal dari Spanyol, Tunisia, Italia, dan Yunani, dengan pengawalan dari Penjaga Pantai Yunani selama dua malam terakhir. Armada ini juga dikabarkan didampingi dua kapal militer Italia dan Spanyol, serta drone Turki. Saat ini ada 532 orang di atas kapal, dan armada diperkirakan akan memasuki “zona oranye”, yaitu wilayah yang paling mungkin jadi lokasi intersepsi ‘Israel’, dalam tiga hari mendatang.
Dari kapal Shirin, koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa para peserta memutuskan bersama untuk “tetap tenang menghadapi segala bahaya yang menanti.”
Sementara itu, inisiatif paralel bernama Freedom Flotilla, terdiri dari 10 kapal pembawa bantuan kemanusiaan, berangkat dari pelabuhan Catania di Sisilia, Italia, pada Sabtu (27/9/2025). Armada ini membawa sekitar 60 orang dari 15 kewarganegaraan, termasuk anggota parlemen Prancis dan Eropa.
Penyelenggara menekankan bahwa sebagian besar kapal mengangkut pasokan medis, makanan kering, dan perlengkapan sekolah, kebutuhan mendesak yang sangat dibutuhkan warga Palestina. Mereka menyebutkan bahwa ini adalah pertama kalinya sejumlah besar kapal berlayar bersama menuju Gaza. Sejumlah kapal sebelumnya berangkat dari Barcelona (31 Agustus) dan Genoa (1 September), kemudian bergabung dengan armada utama di dekat Kreta.
Anggota Parlemen Eropa asal Prancis, Melissa Camara, mendesak negara-negara Uni Eropa untuk “melindungi armada ini agar bantuan benar-benar bisa sampai ke Jalur Gaza dan menyelamatkan nyawa.”
Sementara rekannya, Alma Dufour, menuding pemerintah Prancis “tidak bertindak apa-apa,” seraya menegaskan: “Kami mempertaruhkan nyawa karena pemerintah membiarkan genosida ini berlangsung, membiarkan Israel menghancurkan hidup dua juta warga Gaza dan meluluhlantakkan Tepi Barat.”
Juru bicara koalisi, Tan Safi, menegaskan bahwa “pemerintah seharusnya tidak hanya turun tangan sementara untuk melindungi warganya di kapal, tapi juga untuk rakyat Palestina di Gaza.”
Ia menambahkan, meski ada ancaman Israel dan serangan drone baru-baru ini, “kami tidak akan berhenti dengan alasan apa pun. Kami berlayar untuk mematahkan blokade ilegal Israel atas Gaza, yang selama ini merampas hak rakyat Palestina atas penentuan nasib sendiri, kedaulatan, dan kebebasan bergerak.”
Armada ini bertujuan mematahkan blokade ‘Israel’ yang telah berlangsung 18 tahun dan kian diperketat dalam beberapa bulan terakhir. Sejak 2 Maret, ‘Israel’ menutup seluruh jalur masuk, melarang makanan dan bantuan kemanusiaan. PBB bahkan menyatakan pada Agustus lalu bahwa Gaza telah memasuki kondisi kelaparan. (zarahamala/arrahmah.id)