MANAMA (Arrahmah.id) — Puluhan pengunjuk rasa berkumpul di luar kedutaan ‘Israel’ di Bahrain pada hari Selasa (2/9/2025), untuk memprotes duta besar baru ‘Israel’ dan menyerukan agar negara Teluk tersebut memutuskan hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.
Para saksi mata menjelaskan bahwa para pengunjuk rasa mengibarkan bendera Palestina dan meneriakkan slogan-slogan yang mengecam intervensi militer ‘Israel’ di Gaza dan Tepi Barat.
Para pengunjuk rasa juga membakar foto-foto duta besar yang baru diangkat, yang mencerminkan kebencian publik terhadap kebijakan ‘Israel’ terhadap Palestina.
Petugas keamanan segera dikerahkan untuk mengendalikan demonstrasi.
Para saksi mata mengindikasikan bahwa pihak berwenang mengerahkan kekuatan untuk membubarkan pertemuan tersebut, dan beberapa pengunjuk rasa dilaporkan telah ditahan.
Para pengunjuk rasa tetap bersikeras dalam seruan mereka agar para pemimpin Bahrain membatalkan perjanjian dengan ‘Israel’ berdasarkan Perjanjian Abraham.
Para demonstran memberi tahu berita lokal bahwa penunjukan utusan baru merupakan “penghinaan terhadap perjuangan Palestina” dan menyalahkan ‘Israel’ karena mengintensifkan kekerasan terhadap warga sipil.
“Pemerintah kami harus memutuskan antara menegakkan keadilan atau memfasilitasi pendudukan,” ujar seorang peserta demonstrasi, dikutip dari Minute Mirror (2/9).
Protes baru-baru ini menunjukkan meningkatnya ketidakpuasan di antara sebagian masyarakat Bahrain terhadap hubungan diplomatik negara mereka dengan ‘Israel’.
Bahrain, Uni Emirat Arab, Maroko, dan Sudan menormalisasi hubungan dengan Israel pada tahun 2020 berdasarkan kesepakatan yang dimediasi AS, sebuah keputusan yang dikecam oleh sebagian besar warga Arab yang menganggapnya sebagai pengkhianatan terhadap perjuangan Palestina.
Selama beberapa bulan terakhir, seiring meningkatnya kampanye militer ‘Israel’ di Gaza, sentimen anti-Israel di Bahrain semakin vokal. Para ulama, organisasi masyarakat sipil, dan pemimpin oposisi telah berulang kali menyerukan penangguhan atau pemutusan kontak dengan Tel Aviv.
Para analis lokal mengindikasikan bahwa protes hari Selasa menggarisbawahi semakin besarnya disparitas antara kebijakan negara dan opini publik.
Meskipun pemerintah Bahrain bersikeras bahwa hubungannya dengan ‘Israel’ didasarkan pada diplomasi dan hubungan ekonomi, masyarakat umum tetap menganggap normalisasi sebagai hal yang tidak dapat diterima mengingat krisis kemanusiaan yang berkelanjutan di Gaza.
Pemantau internasional mengatakan bahwa Bahrain bukanlah satu-satunya negara yang mengalami reaksi keras di tingkat lokal. Negara-negara Arab lain yang menandatangani perjanjian normalisasi juga mengalami protes serupa, menunjukkan betapa sensitifnya isu ini di tengah berlanjutnya perang.
Untuk saat ini, otoritas Bahrain belum mengeluarkan pernyataan resmi mengenai protes tersebut, serta menyerukan pengusiran duta besar.
Namun demikian, para ahli memperingatkan bahwa kerusuhan yang berkepanjangan dapat menekan Manama untuk mengubah sikapnya terhadap Israel, terutama jika pertempuran di Gaza semakin intensif. (hanoum/arrahmah.id)