WASHINGTON (Arrahmah.id) – Presiden Amerika Serikat Donald Trump dikabarkan tengah bersiap bertemu dengan sekelompok pemimpin Arab dan Muslim di sela-sela Sidang Umum PBB di New York yang akan berlangsung hari ini. Laporan Axios yang mengutip dua pejabat Arab menyebutkan, undangan sudah dikirim ke para pemimpin Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Qatar, Mesir, Yordania, dan Turki.
Pertemuan ini dimaksudkan untuk membahas peran negara-negara Arab dalam “rencana pasca-perang Gaza,” termasuk kemungkinan mengirim pasukan stabilisasi yang akan menggantikan keberadaan militer ‘Israel’ di sana.
Diskusi itu akan berlangsung hanya beberapa hari sebelum Trump dijadwalkan bertemu Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu di Gedung Putih pada 29 September. Waktu pertemuan ini bertepatan dengan gelombang pengakuan negara-negara Barat terhadap Palestina, sekaligus ancaman ‘Israel’ untuk mencaplok lebih banyak wilayah di Tepi Barat yang diduduki.
Para pemimpin Arab diperkirakan akan mendesak Trump agar menekan Netanyahu menghentikan serangan brutalnya di Gaza dan membatalkan rencana aneksasi Tepi Barat. Uni Emirat Arab bahkan sudah memperingatkan bahwa langkah aneksasi bisa “menghancurkan Abraham Accords”, kesepakatan normalisasi yang pernah dianggap sebagai pencapaian utama politik luar negeri Trump di periode pertamanya.
Trump juga dijadwalkan bertemu pemimpin negara-negara Teluk seperti Arab Saudi, UEA, Qatar, Oman, Bahrain, dan Kuwait. Pertemuan ini akan menyinggung kekhawatiran mereka atas upaya pembunuhan pimpinan Hamas di Doha awal bulan ini, yang menewaskan lima orang. Para pemimpin Teluk ingin mendapatkan jaminan dari pemerintahan Trump agar serangan semacam itu tidak terulang lagi.
Gelombang Pengakuan Palestina
Sementara itu, pada Ahad (21/9/2025), Inggris, Kanada, Australia, dan Portugal resmi mengakui negara Palestina. Dengan tambahan itu, kini sudah 153 dari 193 anggota PBB mengambil langkah serupa.
Sebelas negara lain, termasuk Malta, Luksemburg, Prancis, Belgia, dan Armenia, juga memberi sinyal akan menyusul dalam Sidang Umum PBB ke-80 di New York. Langkah pengakuan ini disebut sebagai hasil dari proses diplomatik berbulan-bulan yang dipimpin Arab Saudi dan Prancis, dengan tujuan memberi tekanan lebih besar pada Israel dan menegaskan bahwa perdamaian regional tak bisa lepas dari berdirinya negara Palestina. (zarahamala/arrahmah.id)