MAKHACHKALA (Arrahmah.id) – Pengadilan Rusia menjatuhkan hukuman penjara kepada 135 orang yang terlibat dalam aksi protes massal anti-‘Israel’ di Bandara Makhachkala, Dagestan, pada 2023. Para terdakwa divonis dengan hukuman bervariasi antara 6,5 hingga 15 tahun penjara.
Komite Investigasi Rusia mengonfirmasi putusan tersebut pada Jumat (12/7), menyatakan bahwa para terdakwa dinyatakan bersalah atas keterlibatan dalam apa yang disebut sebagai “kerusuhan massal” dan kejahatan lainnya. Namun, otoritas tidak mengungkapkan identitas para terdakwa, maupun apakah mereka mengakui kesalahan mereka.
Aksi tersebut terjadi di tengah gelombang kemarahan yang meluas di wilayah Dagestan, mayoritas Muslim, sebagai bentuk reaksi terhadap agresi militer ‘Israel’ di Jalur Gaza. Saat itu, ‘Israel’ melancarkan serangan besar-besaran yang menewaskan puluhan ribu warga sipil Palestina.
Insiden bermula ketika ratusan orang menyerbu Bandara Makhachkala pada Oktober 2023, saat sebuah penerbangan Red Wings dari Tel Aviv mendarat. Video dari lokasi memperlihatkan massa yang mengibarkan bendera Palestina, memecahkan pintu kaca, dan meneriakkan slogan-slogan menentang pendudukan ‘Israel’.
Lebih dari 20 orang dilaporkan terluka dalam kericuhan tersebut, namun tidak ada dari mereka yang merupakan penumpang pesawat. Pasukan keamanan Rusia berhasil merebut kembali kendali bandara beberapa jam kemudian. Setelah kejadian itu, semua penerbangan dari Tel Aviv dialihkan dari wilayah Dagestan.
Penyidik Rusia menyatakan memiliki bukti terhadap 142 orang, dan telah menyelesaikan kasus formal untuk 139 di antaranya. Tiga orang sisanya kini masuk dalam daftar buron. Mereka dituduh menghasut kekerasan melalui saluran Telegram.
Presiden Vladimir Putin menyalahkan negara-negara Barat dan Ukraina atas apa yang disebutnya sebagai “kerusuhan”, namun tidak menyalahkan ‘Israel’. Pihak Kyiv membantah tuduhan keterlibatan tersebut.
Kasus ini memicu sorotan terhadap meningkatnya kemarahan di wilayah-wilayah Muslim di Rusia atas tindakan genosida ‘Israel’ di Gaza. Lembaga-lembaga HAM mengkritik keras vonis yang dinilai terlalu berat, dan memperingatkan bahwa hal ini bisa semakin memperdalam rasa ketidakadilan di komunitas-komunitas yang telah lama merasa terpinggirkan.
Protes di Bandara Makhachkala menjadi salah satu ekspresi publik terbesar di Rusia terhadap agresi ‘Israel’ di Gaza, dan kini berujung pada salah satu vonis massal terbesar dalam sejarah hukum modern Rusia. (zarahamala/arrahmah.id)