DAMASKUS (Arrahmah.id) – Sedikitnya tiga anggota pasukan Kementerian Pertahanan Suriah gugur dalam serangan udara “Israel” di Damaskus, ibu kota Suriah, pada Rabu (16/7/2025).
Menanggapi serangan tersebut, Ahmad Asy Syaraa, kepala pemerintahan Suriah, mengatakan bahwa melindungi kaum minoritas adalah salah satu prioritas utama pemerintahannya.
Ia menyatakan: “Suriah tidak akan pernah menjadi tempat untuk perpecahan atau fragmentasi, atau menabur perselisihan di antara rakyatnya. Kami jamin bahwa melindungi hak-hak dan kebebasan Anda adalah salah satu prioritas kami, dan kami menolak segala upaya yang bertujuan untuk menyeret Anda ke pihak luar, atau menciptakan perpecahan di dalam barisan kami. Kita semua adalah mitra di negeri ini, dan kami tidak akan membiarkan kelompok mana pun merusak citra indah yang mengekspresikan Suriah dan keragamannya.”
Sementara itu, Departemen Luar Negeri AS telah mendesak Damaskus untuk menarik pasukannya dari kota Sweida, tempat bentrokan sektarian sedang berlangsung.
Kementerian Pertahanan Suriah juga mengumumkan bahwa tentara telah mulai menarik pasukannya dari daerah tersebut.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan keprihatinan yang mendalam atas meningkatnya konflik di Suriah dan mengutuk serangan udara “Israel” baru-baru ini di kota Sweida, Daraa, dan Damaskus.
Juru bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, mengatakan: “Sekretaris Jenderal dengan tegas mengutuk semua kekerasan terhadap warga sipil, termasuk laporan-laporan tentang pembunuhan sewenang-wenang dan tindakan-tindakan yang mengobarkan api ketegangan sektarian dan merampas kesempatan rakyat Suriah untuk mencapai perdamaian dan rekonsiliasi setelah 14 tahun konflik yang brutal.”
Secara terpisah, Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan mengatakan bahwa Ankara telah menyampaikan pandangannya mengenai serangan udara “Israel” baru-baru ini di wilayah Suriah kepada para pejabat “Israel” melalui Organisasi Intelijen Nasional.
Dia menekankan bahwa negara-negara regional memantau dengan seksama aktivitas destabilisasi “Israel”.
Dia menambahkan: “Sekarang, tentu saja, negara-negara di kawasan ini sangat memantau aktivitas destabilisasi (oleh ‘Israel’) ini. Kami semua terlibat dalam koordinasi yang luas dan bekerja dalam masalah ini. Tentu saja, kita tidak bisa menolerir hal ini. Wilayah ini adalah milik kita. Destabilisasi sepihak di sini sama sekali tidak dapat diterima.”
Menyusul bentrokan sengit selama empat hari antara pasukan pemerintah, suku Badui, dan pejuang Druze, tentara “Israel” menargetkan posisi-posisi penting pemerintah di Damaskus pada Rabu, termasuk Kementerian Pertahanan.
“Israel” mengklaim bahwa serangan tersebut dilakukan untuk mendukung komunitas Druze, yang sebagian besar tinggal di Suriah selatan, Lebanon, dan “Israel”. (haninmazaya/arrahmah.id)