SANAA (Arrahmah.id) — Juru bicara militer kelompok Ansharullah (Houtsi), Brigjen Yahya Sarii, mengumumkan bahwa pasukannya telah melancarkan serangan gabungan berupa tiga rudal balistik dan delapan pesawat nirawak pada Senin (8/7) dini hari, yang menargetkan Bandara Ben Gurion di Lod, Pelabuhan Ashdod, Pembangkit Listrik Ashkelon, serta Pelabuhan Umm al-Rashrash (“Eilat”).
Serangan itu dilakukan sebagai balasan atas agresi udara “Israel” ke sejumlah pelabuhan di Yaman, termasuk pelabuhan Hodeidah, Ras Isa, Salif, dan pembangkit listrik pusat di Ras Kuthayyib, kota Hodeidah, Yaman barat.
Dalam pernyataan yang disiarkan televisi, Yahya Sarii menyebutkan bahwa rudal dan drone berhasil mencapai target mereka, dan sistem pertahanan “Israel” gagal menghalanginya.
Ia juga menegaskan bahwa sistem pertahanan udara Yaman berhasil menghadang serangan “Israel”, memaksa banyak pesawat tempur musuh untuk mundur.
“Pertahanan udara kami meluncurkan sejumlah besar rudal darat-ke-udara buatan lokal yang menyebabkan kepanikan di kalangan pilot musuh dan di ruang kendali operasinya,” ujar Sarii.
Ia menambahkan bahwa agresi “Israel” tidak akan mempengaruhi kekuatan militer Yaman. “Dukungan kami terhadap Gaza dan Palestina akan terus berlanjut dengan intensitas tinggi,” tegasnya.
Sementara itu, Wakil Ketua Badan Media Ansharullah, Nashruddin Amir, menegaskan bahwa “agresi zionis tidak akan bisa menghentikan serangan mendalam Yaman terhadap ‘Israel’, dan tidak akan ada satu kapal pun yang aman melewati wilayah operasi militer kami.”
Amir menulis di platform X bahwa dukungan terhadap Gaza tidak akan berhenti kecuali agresi dihentikan dan blokade atas Gaza dicabut.
Serangan Udara “Israel”
Di pihak lain, Radio Tentara “Israel” mengonfirmasi bahwa Angkatan Udara mereka telah melancarkan serangan udara ke kota pelabuhan Hodeidah di Yaman. Pihak militer menyatakan telah memerintahkan evakuasi pembangkit listrik kota dan mengancam akan melancarkan lebih banyak serangan karena “aktivitas militer” di wilayah tersebut.
Menteri Pertahanan “Israel”, Yisrael Katz, mengatakan bahwa Angkatan Udara telah menjalankan operasi bertajuk Bendera Hitam, dengan membombardir “target-target teroris” di pelabuhan Hodeidah, Salif, Ras Isa, dan fasilitas listrik Ras Kuthayyib.
Ia juga mengklaim telah menyerang kapal Galaxy Leader yang sebelumnya disita oleh Houtsi, dan kini dianggap digunakan untuk kepentingan “terorisme”.
“Siapa pun yang mengangkat tangan terhadap kami, akan kami potong,” tegas Katz, seraya menyamakan Houtsi dengan Iran.
Media “Israel” menyebutkan bahwa sekitar 20 rudal berat dijatuhkan di kota Hodeidah dalam serangan tersebut. Militer “Israel” juga menyatakan bahwa Angkatan Udara dan Laut mereka menghancurkan infrastruktur milik Houtsi berdasarkan informasi intelijen.
Kelompok Houtsi telah melanjutkan serangan ke wilayah “Israel” dan kapal-kapal di Laut Merah sebagai tanggapan atas genosida yang dilakukan penjajah terhadap rakyat Palestina di Gaza sejak 18 Maret lalu.
Amerika Serikat sebelumnya turut melakukan serangan udara terhadap kelompok ini sejak awal 2024, namun pada Mei lalu, Presiden Donald Trump mengumumkan penghentian operasi militer AS di Yaman. Penghentian ini merupakan bagian dari kesepakatan tidak resmi yang dimediasi oleh Oman, yang mengharuskan kedua pihak untuk saling menahan diri, termasuk tidak menyerang kapal-kapal AS di Laut Merah dan Selat Bab al-Mandeb.
(Samirmusa/arrahmah.id)