1. News
  2. Internasional

Terungkap! Data IDF Sendiri Sebut Korban Perang Gaza 83% Sipil Palestina

Hanoum
Jumat, 22 Agustus 2025 / 28 Safar 1447 04:16
Terungkap! Data IDF Sendiri Sebut Korban Perang Gaza 83% Sipil Palestina
Seorang pria berjalan di antara jenazah orang-orang yang tewas akibat pemboman Israel di Deir Balah, Gaza tengah. [Foto: Mahmud Hams/AFP/Getty Images]

TEL AVIV (Arrahmah.id) — Hingga Mei, 19 bulan setelah perang dimulai, pejabat intelijen ‘Israel’ mencatat bahwa ada 8.900 pejuang Hamas dan Jihad Islam yang tewas dalam pertempuran. Namun di saat bersamaan, ada juga data 53.000 warga Palestina telah tewas akibat serangan ‘Israel’, lapor The Guardian, majalah Israel-Palestina +972 dan outlet berbahasa Ibrani Local Call.

Angka itu secara tidak langsung menyatakan bahwa intelejen ‘Israel’ mengakui bahwa korban kombatan Palestina hanya 17% dari total korban, sedangkan sisanya 83% adalah korban dari warga sipil.

Rasio korban tewas antara warga sipil dan kombatan seperti yang terjadi di Gaza merupakan rasio yang sangat tinggi untuk peperangan modern. Bahkan dibandingkan dengan konflik yang terkenal dengan pembunuhan tanpa pandang bulu, termasuk perang saudara Suriah dan Sudan.

“Proporsi korban tewas warga sipil itu akan sangat tinggi, terutama karena sudah berlangsung begitu lama,” kata Therése Pettersson dari Program Data Konflik Uppsala (UCDP), yang melacak korban sipil di seluruh dunia. “Jika kita menyoroti kota atau pertempuran tertentu dalam konflik lain, kita mungkin menemukan rasio yang serupa, tetapi secara keseluruhan sangat jarang.”

Dalam konflik global yang dilacak oleh UCDP sejak 1989, kasus warga sipil yang menjadi korban tewas yang lebih besar dari kombatan terjadi di Srebenica – meskipun bukan perang Bosnia secara keseluruhan –, genosida Rwanda, dan pengepungan Mariupol oleh Rusia pada tahun 2022, kata Pettersson.

Aas dasar kejadian di Gaza, banyak pakar genosida, pengacara, dan aktivis hak asasi manusia, termasuk akademisi dan kelompok kampanye ‘Israel’, mengatakan Israel melakukan genosida di Gaza.

Militer ‘Israel’ sendiri tidak membantah keberadaan basis data tersebut atau membantah data kematian Hamas dan PIJ ketika dihubungi untuk dimintai komentar oleh Local Call dan +972 Magazine.

Ketika Guardian (21/8/2024) meminta komentar tentang data yang sama, seorang juru bicara mengatakan mereka telah memutuskan untuk “mengubah” tanggapan mereka.

Pernyataan singkat yang dikirimkan kepada Guardian tidak secara langsung menjawab pertanyaan tentang basis data intelijen militer.

Dinyatakan bahwa “angka-angka yang disajikan dalam artikel tersebut tidak benar”, tanpa merinci data mana yang dibantah oleh militer ‘Israel’. Pernyataan tersebut juga menyatakan bahwa angka-angka tersebut “tidak mencerminkan data yang tersedia dalam sistem IDF”, tanpa merinci sistem mana.

Seorang juru bicara tidak segera menanggapi ketika ditanya mengapa militer memberikan tanggapan yang berbeda terhadap pertanyaan tentang satu set data.

Militer ‘Israel’ malah menganggap jumlah korban yang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Gaza dapat diandalkan, demikian laporan Local Call, dan mantan kepala intelijen militer tampaknya mengutip data tersebut baru-baru ini, meskipun politisi ‘Israel’ sering mengabaikan angka-angka tersebut sebagai propaganda.

Berdasarkan Kementerian Kesehatan Gaza, per 14 Mei 2025, jumlah korban sipil tewas sebanyak 52.928 orang.

Kementerian Kesehatan Gaza hanya mencantumkan orang-orang yang jenazahnya telah ditemukan, bukan ribuan yang terkubur di bawah reruntuhan.

Pemerintah ‘Israel’ mengatakan perang ini adalah bentuk pembelaan diri setelah serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan 1.200 orang. Namun, para pemimpin politik dan militer ‘Israel’ kerap menggunakan informasi itu sebagi genosida.

Sehingga, tidak sedikit jenderal menagatakan bahwa 50 warga Palestina harus mati untuk setiap orang yang terbunuh pada hari itu, sekali pun mereka anak-anak.

Jenderal Aharon Haliva, yang mengundurkan diri pada April 2024, mengatakan pembunuhan massal di Gaza diperlukan sebagai pesan untuk generasi mendatang warga Palestina, dalam rekaman yang disiarkan di TV Israel bulan ini.

Banyak tentara ‘Israel’ pun telah bersaksi bahwa semua warga Palestina diperlakukan sebagai target di Gaza. Seorang tentara yang ditempatkan di Rafah tahun ini mengatakan unitnya telah membuat “garis imajiner” di pasir dan menembaki siapa pun yang melewatinya, termasuk dua kali pada anak-anak dan sekali pada seorang perempuan. Mereka menembak untuk membunuh, bukan untuk memperingatkan, katanya. “Tidak ada yang mengincar kaki mereka”. (hanoum/arrahmah.id)