Menurut Brigade Al-Quds, kontak terakhir dengan unit yang menjaga Rom Braslavski terputus pada 22 Juli, setelah pasukan ‘Israel’ melancarkan invasi darat ke Deir al-Balah. Sejak saat itu, nasib Braslavski tidak diketahui.
Dalam video yang direkam dua hari sebelumnya, Braslavski menggambarkan kondisi memilukan yang ia lihat melalui siaran televisi: anak-anak Gaza yang kurus kering seperti “kerangka hidup.” Dengan suara lemah, ia memohon, “Izinkan makanan masuk sebelum saya mati kelaparan. Jika bukan demi anak-anak Gaza, maka demi tawanan kalian sendiri di Gaza.”
Pesan itu ditutup dengan seruan kepada ‘Israel’ agar menghentikan genosida di Gaza.
Pada bulan April lalu, PIJ sempat merilis video Braslavski lainnya, di mana ia secara langsung menyampaikan pesan kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mantan Presiden AS Donald Trump, menyinggung perjanjian pertukaran tawanan yang dijanjikan.
“Tolong, Tuan Perdana Menteri, keluarkan saya dari sini. Trump, di mana janji-janji Anda? Bukankah Anda pernah berkata akan membebaskan semua tawanan lewat kesepakatan?”
Namun kenyataannya, ‘Israel’ kembali melanjutkan serangan brutalnya ke Gaza sejak 18 Maret, setelah secara sepihak menarik diri dari perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah ditandatangani pada Januari. Sejumlah laporan, termasuk dari dalam ‘Israel’ sendiri, menyebut bahwa Netanyahu terus memblokir setiap upaya perjanjian pertukaran baru.
Sementara itu, situasi kelaparan di Gaza makin parah. Dalam peringatan resmi yang dirilis Selasa lalu (29/7/2025) oleh Integrated Food Security Phase Classification (IPC), disebutkan bahwa skenario “terburuk” kelaparan kini benar-benar terjadi di Gaza.
“Bukti-bukti yang terus bertambah menunjukkan bahwa kelaparan massal, kekurangan gizi, dan penyakit telah menyebabkan lonjakan kematian akibat kelaparan,” tulis laporan IPC.
“Data terbaru mengonfirmasi bahwa ambang kelaparan telah terlampaui dalam hal konsumsi makanan di sebagian besar wilayah Gaza, serta tingkat kekurangan gizi akut di Gaza City.”
“Di tengah konflik tanpa henti, pengungsian massal, terhambatnya bantuan kemanusiaan, dan runtuhnya layanan vital seperti kesehatan, krisis ini telah mencapai titik kritis yang mematikan.”
Kementerian Kesehatan Palestina mencatat, sedikitnya 160 orang, termasuk 90 anak-anak dan bayi, telah meninggal dunia karena kelaparan dan kekurangan gizi, akibat blokade ‘Israel’ yang telah mencegah masuknya bantuan selama lima bulan terakhir. (zarahamala/arrahmah.id)