1. News
  2. Internasional

Tampil Memukau Saat Pidato, Warga Sambut Antusias Wisuda Istri Presiden Suriah

Hanoum
Diperbaru: Rabu, 10 September 2025 / 18 Rabiul awal 1447 07:59
Tampil Memukau Saat Pidato, Warga Sambut Antusias Wisuda Istri Presiden Suriah
Latifa al-Droubi, istri Presiden Ahmad asy Syaraa, merupakan salah satu lulusan kelas “Kemenangan dan Pembebasan” di Fakultas Seni dan Humaniora, Universitas Idlib pada 7 September 2025. [Foto: SANA]

DAMASKUS (Arrahmah.id) — Istri Presiden Suriah Ahmad asy Syaraa, Latifa al-Droubi, raih gelar sarjana sastra dari Fakultas Seni dan Humaniora Universitas Idlib. Kemunculannya di publik dalam acara wisuda tersebut mengundang banyak komentar dan analisis tentang potensi peran politik di masa depan di Suriah.

Dalam pidatonya, ia berkata: “Hari ini saya berdiri bersama Anda bukan sebagai Ibu Negara, melainkan sebagai seorang mahasiswa Suriah yang menyimpan mimpinya di lubuk hati dan mengejarnya meskipun menghadapi tantangan, menyelesaikan perjalanan akademisnya di Universitas Idlib tercinta. Saya berdiri di tanah yang telah bertahan, tanah yang terluka oleh perang, dan yang telah menyimpan ribuan kisah penuh kehidupan.”

Dilansir The Arab Weekly (9/9/2025), pada acara wisuda itu nampak Syaraa mendampingi istrinya saat pidato di upacara wisuda angkatan Kemenangan dan Pembebasan 2025.

Menurut sejumlah pengamat, kemunculan Syaraa memiliki makna simbolis dan politis yang melampaui acara akademis. Banyak warga Suriah menafsirkan acara tersebut sebagai perkenalan tidak langsung Ibu Negara kepada publik, yang berpotensi membuka jalan baginya untuk memegang tanggung jawab yang lebih besar di masa depan Suriah.

Aktivis politik Marah al-Bukai berkomentar tentang X, “bahasa yang jelas dan tata bahasa yang sempurna, dengan keyakinan yang berasal dari kekuatan pribadinya dan lingkungan keluarga yang suportif, Latifa al-Droubi sukses menyampaikan pidatonya di Universitas Idlib pada wisudanya. Ia telah berhasil menjadi seorang ibu dan istri dari Presiden Ahmad Syaraa”.

Analis politik Suriah, Aymen Abd al-Nour, yang berbasis di Amerika Serikat, mencatat juga bahwa nada bicara, bahasa tubuh, dan kontak mata Droubi sangat efektif untuk pidato publik pertama. Ia mengatakan Droubi bahkan melampaui beberapa perempuan Suriah yang telah mengikuti pelatihan berbicara di depan umum formal, seperti menteri Hind Kabawat dan Houda Atassi.

Ia menekankan bahwa dedikasi Droubi terhadap karya ilmiahnya untuk suami, keluarga, dan anak-anaknya, ditambah dengan pengakuannya terhadap “setiap ibu Suriah”, menunjukkan pesan yang bersifat mendamaikan bagi semua orang tua Suriah, meskipun tidak ditujukan kepada pemuda yang bertempur di pihak lawan.

Aktivis Walid al-Nofal mengamati bahwa foto-foto Syaraa dan istrinya mengandung simbolisme yang mendalam: “Foto ini merepresentasikan momen penting dalam membentuk kembali persepsi publik terhadap Presiden Ahmad Syaraa. Penampilannya bersama Latifa al-Droubi pada wisudanya melampaui acara keluarga pribadi dan menyampaikan pesan politik dan sosial yang lebih luas, menampilkannya sebagai seorang negarawan ‘sipil’, alih-alih hanya sebagai pemimpin politik atau militer.”

Nama Droubi pertama kali muncul di depan umum pada awal Februari ketika ia mendampingi Syaraa dalam kunjungan resmi ke Arab Saudi dan Turki, menarik perhatian media karena sebelumnya ia tidak dikenal publik. Syaraa sebelumnya menjelaskan dalam sebuah wawancara dengan Al Arabiya bahwa kehidupan mereka tidak stabil, termasuk masa-masa tinggal di pegunungan.

Sebelum penampilan publiknya, aktivis Suriah-Amerika Dr. Reem Al-Bazm melaporkan bahwa sebuah pertemuan di Damaskus dengan para perempuan Suriah yang tinggal di Amerika Serikat memperkenalkan mereka kepada Droubi, meskipun ia tidak berpartisipasi dalam diskusi tersebut.

Kunjungan Ibu Negara ke Mekah saat umrah bersama Sharaa, dan kemudian di Ankara, bertemu dengan Ibu Negara Turki Emine Erdogan, di mana mereka membahas bantuan kemanusiaan, pemberdayaan perempuan, solidaritas sosial, dan pendidikan, merupakan bagian dari dua kunjungan resmi pertama sejak Sharaa menjabat sebagai presiden fase transisi Suriah pada akhir Januari 2025. (hanoum/arrahmah.id)