1. News
  2. Internasional

Setelah Hampir 60 Tahun, Presiden Suriah Kembali Kunjungi PBB

Hanoum
Senin, 22 September 2025 / 30 Rabiul awal 1447 03:14
Setelah Hampir 60 Tahun, Presiden Suriah Kembali Kunjungi PBB
Presiden Suriah Ahmad asy Syaraa. [Foto: Anadolu Agency]

NEW YORK (Arrahmah.id) — Presiden Suriah Ahmad asy Syaraa tiba di Amerika Serikat (AS) pada hari Ahad (21/9/2025) untuk menghadiri sidang ke-80 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Kunjungan ini menjadi kehadiran pertama seorang presiden Suriah ke PBB dalam enam dekade terakhir.

Kantor media kepresidenan Suriah mengatakan, seperti dilansir The Media Line (21/9), bahwa partisipasi asy Syaraa merupakan bagian dari sidang tingkat tinggi PBB yang berlangsung di New York dari 22 – 30 September.

Partisipasi asy Syaraa sangat penting, karena ia adalah presiden Suriah pertama yang berpidato di Majelis Umum PBB sejak mendiang Presiden Nureddin al-Atassi pada tahun 1967.

Ia juga merupakan pemimpin Suriah pertama yang bergabung dalam pekan tingkat tinggi Majelis tersebut, ketika para pemimpin dunia berkumpul untuk membahas isu-isu terpenting yang dihadapi komunitas internasional.

Kunjungan asy Syaraa ke New York terjadi beberapa bulan setelah pertemuannya dengan Presiden AS Donald Trump pada 14 Mei, pertemuan pertama di tingkat presidensial dalam 25 tahun. Saat itu, Trump mengumumkan pencabutan sanksi terhadap Suriah.

Analis politik Lebanon, Omar Othman, mengatakan kepada The Media Line bahwa partisipasi asy Syaraa dalam Majelis Umum “mengembalikan Suriah di peta internasional setelah bertahun-tahun terisolasi,” seraya mencatat bahwa kehadirannya di New York menjadi ujian bagi kemungkinan dibangunnya jembatan baru dengan Barat, terutama setelah hubungan dengan Washington yang sedikit terbuka pasca pertemuannya dengan Trump.

Sebaliknya, jurnalis Suriah, Nihad Hassan, mengatakan kepada The Media Line bahwa kunjungan ini “lebih dari sekadar acara protokoler,” menyebutnya sebagai “sebuah pesan kepada rakyat Suriah bahwa negara tersebut sedang memasuki fase baru legitimasi politik.” Ia menekankan bahwa asy Syaraa, melalui kehadirannya, berusaha menampilkan dirinya kepada dunia sebagai presiden transisi yang mampu mengelola transformasi besar setelah bertahun-tahun dikaitkan dengan gerakan bersenjata.

Sebelumnya, asy Syaraa, yang sebelumnya ia dikenal sebagai Abu Muhammad al Jaulani, pernah menduduki puncak daftar buronan AS dengan hadiah hingga $10 juta.

Departemen Luar Negeri AS memasukkannya ke dalam daftar teroris pada tahun-tahun sebelumnya sebagai pemimpin kelompok Jabhah Nusrah. (hanoum/arrahmah.id)