GAZA (Arrahmah.id) – Kementerian Luar Negeri Qatar membantah klaim Presiden AS Donald Trump yang menyebut Doha sudah diberi tahu sebelumnya soal serangan udara ‘Israel’ di ibu kota negara itu. Jubir Kemenlu, Majed Al-Ansari, menegaskan bahwa pernyataan tersebut “tidak benar dan menyesatkan”.
Menurutnya, satu-satunya panggilan telepon dari pejabat AS baru datang setelah ledakan sudah terdengar di Doha, bukan sebelumnya.
Serangan ‘Israel’ pada Selasa itu (9/9/2025) menyasar delegasi Hamas yang sedang berunding di Doha. Para pemimpin politik Hamas selamat, tapi enam orang tewas, termasuk seorang polisi Qatar. Kejadian ini mengejutkan negara Teluk yang selama ini berperan sebagai mediator utama antara Hamas, ‘Israel’, dan pihak internasional.
Gedung Putih lewat pernyataan resmi mengakui bahwa serangan ‘Israel’ memang terjadi. Trump mengklaim dirinya langsung memerintahkan utusan khususnya, Steven Witkoff, untuk menghubungi pejabat Qatar. Ia juga menyebut telah menelpon pemimpin Qatar setelah serangan, dengan janji bahwa “hal semacam ini tidak akan terjadi lagi di tanah Qatar.”
Namun versi ini bertolak belakang dengan Qatar, yang menegaskan tidak pernah ada peringatan sebelumnya.
Kontradiksi ini memperlihatkan adanya ketidakpercayaan mendalam antara Washington, Tel Aviv, dan Doha. Bagi Qatar, serangan ini bukan hanya soal korban jiwa, tapi juga pelanggaran kedaulatan, sekaligus tantangan berat bagi posisinya sebagai mediator dalam negosiasi gencatan senjata dan pertukaran tawanan. (zarahamala/arrahmah.id)