NEW YORK (Arrahmah.id) — Presiden Suriah, Ahmad asy Syaraa, menyerukan pencabutan sanksi internasional dalam pidato pertamanya di Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), menjadikannya kepala negara pertama yang berpidato di pertemuan tersebut dalam hampir 60 tahun.
“Suriah sedang merebut kembali tempatnya yang selayaknya di antara negara-negara di dunia,” ujar asy Syaraa kepada para pemimpin dunia pada hari Rabu (24/9/2025), seraya mengatakan bahwa kisah negaranya “penuh dengan emosi, dan memadukan rasa sakit dengan harapan”.
“Kisah Suriah adalah kisah perjuangan antara kebaikan dan kejahatan,” tambahnya. “Selama bertahun-tahun, kami telah menderita ketidakadilan, kekurangan, dan penindasan. Kemudian kami bangkit untuk menuntut martabat kami.”
Warga Suriah di seluruh negeri berkumpul untuk menyaksikan pidato asy Syaraa.
“Orang-orang berkumpul di depan layar lebar, menyaksikan momen yang bisa disebut bersejarah: pertama kalinya seorang kepala negara Suriah berpidato di Majelis Umum PBB dalam hampir 60 tahun,” ujar Abdullah Okaily, dikutip dari Al Jazeera (24/9).
“Kita tidak dapat menyangkal momen dan suasana perayaan di dalam Suriah saat ini di berbagai kota.
“Bahkan sekarang, Anda dapat mendengar kembang api yang menyala di belakang kami. Ini adalah Suriah yang kembali ke komunitas internasional setelah bertahun-tahun menderita dan terisolasi.”
Asy Syaraa mengambil alih kekuasaan pada bulan Januari setelah memimpin pejuang oposisi menggulingkan Presiden Bashar al-Assad, mengakhiri kekuasaan keluarganya selama lima dekade. Dalam pidatonya, asy Syaraa menguraikan langkah-langkah yang telah diambil dalam beberapa bulan terakhir: pembentukan lembaga-lembaga baru, rencana penyelenggaraan pemilu, dan dorongan investasi asing.
“Kami menyerukan pencabutan sanksi sepenuhnya, agar sanksi tersebut tidak lagi membelenggu rakyat Suriah,” ujarnya. (hanoum/arrahmah.id)