1. News
  2. Internasional

Pidato Perdana Abu Ubaida Sejak Maret: Ancam ‘Israel’ dan Kritik Negara-Negara Arab

Zarah Amala
Diperbaru: Sabtu, 19 Juli 2025 / 24 Muharram 1447 10:58
Pidato Perdana Abu Ubaida Sejak Maret: Ancam ‘Israel’ dan Kritik Negara-Negara Arab
Abu Ubaida, juru bicara militer Brigade Al-Qassam. (Foto: rekaman video)

GAZA (Arrahmah.id) – Juru bicara militer Brigade Al-Qassam, Abu Ubaida, kembali tampil dalam pernyataan video yang disiarkan oleh Al Jazeera pada Kamis (17/7/2025). Ini merupakan penampilan publik pertamanya sejak 6 Maret, di tengah perang genosida ‘Israel’ yang masih berlangsung di Jalur Gaza.

Dalam pernyataan itu, Abu Ubaida menuduh ‘Israel’ melanggar kesepakatan gencatan senjata sebelumnya dan memperingatkan bahwa perlawanan akan semakin ditingkatkan.

“Sudah empat bulan sejak musuh kembali melancarkan agresinya setelah mengingkari perjanjian yang telah disepakati bersama perlawanan,” katanya.

Ia menyebut bahwa selama periode tersebut, para pejuang Palestina berhasil menimbulkan kerugian besar di pihak ‘Israel’.

“Kami telah membunuh dan melukai ratusan tentara musuh, dan ribuan lainnya mengalami trauma psikologis,” ungkapnya. Ia menegaskan bahwa strategi perlawanan terus berkembang dalam apa yang ia sebut sebagai “konfrontasi terpanjang dalam sejarah rakyat kami.”

Gaza: Sekolah Militer Perlawanan Modern

Abu Ubaida menggambarkan Gaza sebagai “sekolah militer terbesar bagi perlawanan rakyat terhadap penjajah dalam sejarah modern.” Ia menambahkan bahwa para pejuang Palestina terus melancarkan serangan terhadap pasukan Israel, termasuk upaya-upaya terbaru untuk menangkap tentara.

“Brigade Al-Qassam sepenuhnya siap untuk melanjutkan perang jangka panjang melawan pasukan pendudukan, apa pun bentuk agresinya,” tegasnya. Strategi ke depan mencakup “menimbulkan korban, operasi khusus, dan penangkapan tentara musuh.”

Ia memperingatkan bahwa jika pemerintah ‘Israel’ tetap memilih jalan perang, maka mereka “akan terus menerima peti mati berisi tentaranya.”

Kritik Pedas terhadap Rezim Arab

Abu Ubaida juga menyampaikan kecaman keras terhadap pemerintah-pemerintah Arab dan Islam karena membiarkan pembantaian berlangsung.

“Rezim kita dan kekuatan bangsa kita terus menonton saudara-saudara mereka di Tanah Suci dibantai, dilaparkan, dan ditolak akses makanan, air, dan obat-obatan,” ucapnya.

Ia menyebut darah puluhan ribu warga sipil Palestina yang terbunuh kini “menjadi beban di leher para pemimpin, elit, dan ulama di dunia Islam dan Arab.”

“Musuh tidak akan berani melakukan genosida secara terang-terangan jika mereka tidak merasa aman dari hukuman, dijamin oleh keheningan dan kolaborasi yang dibeli,” lanjutnya.

Dalam kesempatan itu, ia juga menyampaikan penghargaan kepada gerakan Ansarullah di Yaman atas kontribusinya melawan ‘Israel’.

“Kami menyampaikan salam kepada rakyat Yaman, tanah kebijaksanaan dan iman, kepada pasukan bersenjata dan saudara-saudara kami di Ansarullah,” kata Abu Ubaida, menyebut mereka sebagai “bukti hidup atas kegagalan pihak lain yang pasif dan tunduk.”

Tawaran Pertukaran Tawanan Ditolak Netanyahu

Abu Ubaida mengungkapkan bahwa Hamas telah menawarkan kesepakatan pertukaran tawanan secara menyeluruh, namun ditolak oleh pemerintah ‘Israel’.

“Kami telah berulang kali menawarkan kesepakatan lengkap untuk menyerahkan semua tawanan musuh sekaligus,” katanya.

Namun, menurutnya, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu menolak tawaran itu, dan menganggap bahwa nyawa tentara ‘Israel’ yang ditawan “bukanlah prioritas” bagi pemerintah.

“Mereka telah menyiapkan publik mereka untuk menerima kematian para tawanan,” ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa jika ‘Israel’ terus bersikeras dalam perundingan, maka “tidak ada jaminan akan ada kesepakatan parsial seperti pertukaran sepuluh tawanan.”

Abu Ubaida menutup pidatonya dengan menyampaikan terima kasih kepada “semua orang bebas di dunia yang berdiri bersama Gaza dan berusaha mematahkan blokade,” serta menegaskan kembali komitmennya untuk melanjutkan perlawanan sampai “pendudukan berakhir dan rakyat kami meraih kebebasan.” (zarahamala/arrahmah.id)