GAZA (Arrahmah.id) – Para peserta Global Sumud Flotilla, sebuah inisiatif maritim internasional yang bertujuan menembus blokade ilegal ‘Israel’ atas Jalur Gaza, mulai berkumpul di Tunisia.
Kapal-kapal yang berangkat dari Spanyol awal pekan ini akan bergabung dengan kapal lain dari Tunisia di perairan negara itu sebelum melanjutkan perjalanan menuju Gaza.
Rabu pagi (3/9/2025), flotilla tersebut singgah di Menorca untuk “pengisian bahan bakar dan pemeriksaan keselamatan” setelah diterpa badai besar, menurut pengumuman resmi di X. “Kru memastikan kondisi tetap baik sebelum melanjutkan perjalanan ke Gaza,” tambah pernyataan itu.
‘Banyak Drone’
Selasa malam (2/9), sejumlah drone mendekati flotilla dalam apa yang disebut salah satu penyelenggara sebagai “intimidasi psikologis.”
“Kami tahu, untuk misi seperti ini, melihat drone adalah situasi darurat. Empat bulan lalu kapal kami dibom oleh dua drone ‘Israel’,” kata aktivis Brasil Thiago Ávila.
Ia menyebut kapal Familia didekati beberapa drone sebagai “kombinasi intimidasi psikologis dan pengumpulan intelijen.” Menurutnya, seluruh protokol keamanan langsung diaktifkan.
“Meski melihat drone terbang di atas kepala cukup mengganggu, di Gaza rakyat Palestina hidup di bawah dengungan drone bersenjata ‘Israel’ 24 jam sehari,” ujarnya.
Ávila mempertanyakan: “Siapa sebenarnya yang membayar drone-drone ini? Mengapa misi kemanusiaan seperti kami dianggap begitu menakutkan sampai mereka perlu melakukan ini?”
Ávila sendiri pernah berada di kapal Madleen pada Juni lalu, yang dicegat ‘Israel’ di perairan internasional. Semua 12 aktivis di dalamnya ditahan, diinterogasi, lalu dideportasi. Pada Mei, kapal lain yang mencoba mencapai Gaza juga diserang drone ‘Israel’ di dekat Malta.
Flotilla saat ini membawa aktivis dan bantuan kemanusiaan. Kapal berangkat dari Barcelona Senin malam (1/9) setelah sempat tertunda cuaca buruk.
“Global Sumud Flotilla adalah kelanjutan dari upaya sebelumnya, dimulai dari Mavi Marmara, lalu Madleen dan Handala,” kata Aycin Kantoglu dari delegasi Turki. “Kali ini, hampir 1.000 aktivis dari 44 negara sekali lagi mencoba menembus blokade.”
Menurutnya, ini akan tercatat sebagai peristiwa bersejarah: “Pertama kalinya hampir 1.000 aktivis dari puluhan negara bergabung membentuk flotilla di laut.”
Aktivis HAM asal Tunisia, Dr. Mohammed Amin Bennur, mengatakan persiapan berlangsung lebih dari tiga bulan dan “sangat kompleks,” mulai dari persiapan kapal, koordinasi tim, rute laut, hingga kerja sama antarnegara. Ia menegaskan Tunisia akan menjadi “titik keberangkatan terakhir konvoi menuju Gaza.”
Dukungan dari Italia dan PBB
Empat anggota parlemen Italia juga akan ikut dalam flotilla, di antaranya Benedetta Scuderi, Annalisa Corrado, Arturo Scotto, dan Marco Croatti.
“Mereka rela mempertaruhkan nyawa. Bisa dibayangkan betapa pentingnya perjuangan ini,” ujar Maria Elena Delia, juru bicara delegasi Italia. Pimpinan kelompok M5S di parlemen bahkan mengajukan pertanyaan resmi ke Perdana Menteri Giorgia Meloni soal langkah pemerintah melindungi peserta flotilla.
Sementara itu, Pelapor Khusus PBB Francesca Albanese menyatakan dukungannya: “Mereka adalah pejuang moral ketika negara-negara tetap pasif. Gaza tidak sendirian.”
Ratusan Peserta, Dukungan Figur Publik
Sekitar 200 aktivis, politisi, dan seniman dari 44 negara sudah berangkat sejak Minggu. Tokoh di antaranya Greta Thunberg, aktor Irlandia Liam Cunningham, aktor Spanyol Eduardo Fernandez, serta mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau.
Flotilla ini nantinya akan diperkuat kapal-kapal lain dari Italia dan Tunisia, sehingga total lebih dari 500 orang dan 60 kapal.
Pada 26 Juli lalu, kapal Handala dicegat angkatan laut ‘Israel’ dan dibawa ke Pelabuhan Ashdod. Kapal itu sudah mencapai 70 mil laut dari Gaza, melampaui capaian Madleen yang sebelumnya berhasil sejauh 110 mil sebelum dihentikan. (zarahamala/arrahmah.id)