GAZA (Arrahmah.id) — Militer ‘Israel’ dilaporkan telah membunuh hampir 270 jurnalis sejak menyerang Gaza pada Oktober 2023 lalu.
Menurut riset Costs of War Universitas Brown AS, ‘Israel’ rata-rata membunuh 13 jurnalis setiap bulan di Gaza. Angka ini membuat perang di Gaza bak kuburan besaran untuk jurnalis dan lebih mematikan dibanding Perang Dunia I dan II, Perang Korea, Perang Vietnam, Perang Yugoslavia, dan Perang Afghanistan sekaligus..
Beberapa hari lalu, ‘Israel’ membunuh lima kru liputan Al Jazeera di Kota Gaza, Jalur Gaza dalam serangan udara di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Ahad (10/8/2025) malam waktu setempat. Total terdapat tujuh orang yang terbunuh dalam serangan tersebut.
Dilansir Al Jazeera (12/8), serangan ini membunuh koresponden Anas Asy-Syarif, Mohammed Qreiqeh, serta kamerawan Ibrahim Zaher, Moamen Aliwa, dan asisten Mohammed Noufal.
Al Jazeera mengecam pembunuhan terencana terhadap jurnalis yang bertugas di Gaza jelang eksekusi rencana Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu untuk menduduki enklave tersebut secara total.
Media asal Qatar itu menyebut Anas Asy-Syarif adalah satu di antara sedikit jurnalis yang tersisa di Gaza ketika ‘Israel’ menghalangi jurnalis internasional masuk.
‘Israel’ mengaku menargetkan Anas Asy-Syarif dan menuduh jurnalis Palestina itu bekerja untuk Hamas. Organisasi-organisasi kebebasan pers menyebut ‘Israel’ secara sengaja menargetkan jurnalis dan tidak memiliki bukti para jurnalis Palestina terlibat dengan Hamas.
“Rutinitasnya sehari-hari adalah berdiri di depan kamera sejak pagi hingga malam,” kata analis di European Council on Foreign Relations, Muhammad Shehada, dilansir Al Jazeera (11/8).
CEO Komite Perlindungan Jurnalis (Committee to Protect Journalists/CPJ) Jodie Ginsberg menyebut ‘Israel’ kini terang-terangan membunuh jurnalis karena impunitas.
Menurutnya, absennya intervensi internasional dalam genosida di Gaza membuat ‘Israel’ semakin berani melakukan kejahatan perang.
“Mereka pada dasarnya mengakui ke publik sesuatu yang setara kejahatan perang (pembunuhan jurnalis). Dan mereka bisa melakukan itu karena tidak ada serangan terhadap jurnalis yang menuai konsekuensi,” kata Ginsberg, dikutip Associated Press.
“Tidak mengejutkan bahwa mereka bisa bertindak dengan level impunitas seperti ini karena tidak ada pemerintah internasional yang benar-benar menanggapinya.” (hanoum/arrahmah.id)