1. News
  2. Internasional

‘Penjaga Tak Punya Nama, Tahanan Tak Boleh Pergi’, Penjara Rahasia ‘Israel’

Zarah Amala
Rabu, 6 Agustus 2025 / 12 Safar 1447 10:00
‘Penjaga Tak Punya Nama, Tahanan Tak Boleh Pergi’, Penjara Rahasia ‘Israel’
Detail baru telah terungkap tentang sayap bawah tanah rahasia di dalam Penjara Ayalon Israel, yang dikenal sebagai 'Rakevet'. (Foto: rekaman video, via media sosial)

GAZA (Arrahmah.id) – Detail baru terungkap tentang sebuah sayap rahasia di bawah tanah Penjara Ayalon, ‘Israel’, yang dikenal dengan nama “Rakevet.” Di tempat inilah puluhan tahanan Palestina dikurung dalam kondisi yang digambarkan sebagai “sangat keras dan ekstrem.”

Dalam laporan terbaru dari lembaga penyiaran publik ‘Israel’, KAN, yang dikutip oleh kantor berita Anadolu, sayap Rakevet disebut sebagai fasilitas bawah tanah berkeamanan tinggi, lengkap dengan sistem pengawasan canggih dan prosedur keamanan super ketat.

Fasilitas ini didirikan hampir setahun lalu dan kini menampung puluhan tahanan, termasuk anggota pasukan elit dan unit komando laut dari gerakan perlawanan Palestina, Hamas. KAN juga melaporkan bahwa penjara ini menjadi tempat penahanan anggota pasukan elit Hizbullah, “Radwan Force,” yang ditangkap dalam operasi militer ‘Israel’ di perbatasan Lebanon.

Dikurung 23 Jam Sehari

KAN mengutip pernyataan dari seorang komandan anonim di fasilitas tersebut, yang menyebut bahwa para tahanan di Rakevet terlibat dalam operasi perlawanan pada 7 Oktober lalu.

“Sayap ini berfungsi sebagai model percontohan pertama dalam layanan penjara, di mana para sipir hanya dikenal lewat nomor di lencana mereka, tanpa nama, untuk menjaga anonimitas,” ujar sang komandan.

Menurut laporan tersebut, para tahanan dikurung dalam sel tertutup rapat selama 23 jam per hari. Mereka hanya diberi satu jam di halaman beton kecil yang tertutup, dengan cahaya matahari sangat terbatas.

“Selama satu jam itu pun mereka dilarang berbicara satu sama lain. Waktu tersebut digunakan untuk mandi dan berjalan-jalan, sementara dinding halaman dihiasi gambar-gambar besar kehancuran di Gaza, sengaja ditampilkan agar terlihat jelas oleh para tahanan,” tulis laporan itu.

Lebih lanjut, tidak ada satu pun tahanan yang diizinkan keluar dari sayap penjara ini, bahkan untuk bertemu pengacara, menerima perawatan medis, atau hadir di sidang pengadilan.

Ancaman Hukuman Mati

Menurut laporan Al Jazeera Arabic, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu mengunjungi fasilitas ini pada 30 Juli lalu, didampingi oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir. Dalam kunjungan itu, Ben-Gvir berkata, “Kita tidak boleh membiarkan Yahya Sinwar baru muncul dari sini.”

Fasilitas bawah tanah ini dirancang seperti kotak tertutup rapat dari semua sisi, dibagi menjadi sel-sel sempit tanpa jendela dan tanpa pencahayaan sama sekali, demikian laporan tersebut menggambarkan.

Pada Januari 2025, media ‘Israel’ merilis foto kunjungan Ben-Gvir ke fasilitas ini. Saat itu, ia menyatakan, “Bukan rahasia kalau saya mendukung hukuman mati bagi para teroris. Mereka tidak layak melihat cahaya matahari lagi. Sampai mereka dieksekusi, tempat alami mereka adalah di bawah tanah.”

Pada bulan yang sama, laporan-laporan pertama tentang keberadaan penjara ini mulai muncul di media, menurut Al Jazeera Arabic.

Kondisi yang “Mengerikan”

Harian Yedioth Ahronoth mengungkap sebagian informasi mengenai fasilitas ini, tanpa menyebut lokasi atau jumlah tahanannya. Surat kabar itu menyatakan bahwa pasca serangan 7 Oktober 2023, Ben-Gvir memerintahkan pendirian pusat penahanan khusus untuk menampung mereka yang dianggap sebagai bagian dari unit elit dan komando laut Brigade Al-Qassam, yang dituduh terlibat dalam serangan terhadap situs militer dan permukiman ilegal ‘Israel’.

Laporan lain menyebut bahwa beberapa tahanan di Rakevet berasal dari unit “Radwan” Hizbullah yang ditangkap saat perang ‘Israel’ di Lebanon pada 2024.

Pada 22 Juli 2025, KAN kembali merilis laporan yang mengonfirmasi bahwa penjara tersebut terletak di bawah Penjara Ayalon di Ramla, dan memang dioperasikan sebagai fasilitas percontohan pertama dalam sistem penjara ‘Israel’.

Kondisi di dalamnya digambarkan sebagai sangat “mengerikan,” di mana para tahanan benar-benar terputus total dari dunia luar, termasuk dari akses ke pengadilan.

Saat Netanyahu mengunjungi fasilitas rahasia ini pada 30 Juli 2025, Ben-Gvir kembali melontarkan pernyataan kontroversial kepada Netanyahu: “Penjara ini menahan para anggota unit elit, mereka yang menyebabkan bencana 7 Oktober. Tempat ini harus menjadi perhentian terakhir mereka sebelum dieksekusi.”

Lebih dari 10.800 Tahanan Palestina

Klub Tahanan Palestina (Palestinian Prisoners’ Club) menyatakan bahwa mereka mengalami kesulitan besar dalam mendapatkan informasi akurat tentang kondisi para tahanan di Rakevet karena pengawasan ketat dari otoritas pendudukan ‘Israel’.

Amani Sarahneh, petugas media dari organisasi tersebut, mengatakan bahwa para tahanan di sana hidup dalam ketakutan terus-menerus, di bawah kondisi yang sangat keras, dan dalam isolasi total dari dunia luar.

Saat ini, lebih dari 10.800 warga Palestina ditahan di penjara-penjara ‘Israel’, menurut laporan organisasi hak asasi manusia Palestina dan ‘Israel’. Banyak dari mereka mengalami penyiksaan, kelaparan, serta kelalaian medis, yang telah menyebabkan kematian sejumlah tahanan. (zarahamala/arrahmah.id)