1. News
  2. Internasional

‘Pemerintahan Gila!’: Keluarga Tawanan ‘Israel’ Gelar Demo Besar-besaran di Tel Aviv, Blokir Jalan Raya

Zarah Amala
Senin, 4 Agustus 2025 / 10 Safar 1447 09:15
‘Pemerintahan Gila!’: Keluarga Tawanan ‘Israel’ Gelar Demo Besar-besaran di Tel Aviv, Blokir Jalan Raya
Keluarga tawanan 'Israel' menggelar aksi protes di Tel Aviv. (Foto: rekaman video)

GAZA (Arrahmah.id) – Keluarga para tawanan ‘Israel’ yang ditahan di Gaza memblokade jalan raya utama di Tel Aviv pada Ahad (3/8/2025), menuntut pemerintah segera menyepakati kesepakatan pertukaran tahanan dengan kelompok-kelompok Palestina demi membebaskan kerabat mereka.

Menurut laporan surat kabar ‘Israel’ Yedioth Ahronoth, para demonstran menutup Jalan Tol Ayalon, salah satu jalur tersibuk di kota itu, hingga akhirnya polisi turun tangan dan membubarkan paksa aksi tersebut.

Gelombang protes semakin membesar di Tel Aviv dan kota-kota lain sejak Sabtu (2/8), setelah beredarnya rekaman memilukan yang menunjukkan kondisi para tawanan ‘Israel’ di Gaza dalam keadaan kelaparan parah.

Pada Jumat lalu (1/8), sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam, merilis video Evyatar David, salah satu tawanan, dengan tubuh kurus kering dan wajah sayu karena kurang gizi.

Sehari sebelumnya, kelompok Jihad Islam Palestina juga merilis apa yang mereka klaim sebagai rekaman terakhir Rom Braslavski, sebelum mereka kehilangan kontak dengannya. Dalam video itu, Rom tampak sangat lemah dan berada dalam kondisi kritis akibat kelaparan.

‘Pemerintahan Gila’

Pemimpin oposisi Yair Lapid melontarkan kritik keras terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang dinilai mengabaikan nasib para tawanan.

“Bahkan setelah video-video ini tersebar, agenda pemerintah tetap tak berubah,” kata Lapid di X. “Kabinet akan kembali menggelar rapat hari ini, tapi bukan untuk membahas para tawanan atau keluarganya, melainkan demi keamanan Netanyahu sendiri.”

“Ini pemerintahan gila, bangkrut secara moral dan benar-benar tak peduli,” ujarnya.

Baru-baru ini, ‘Israel’ menarik diri dari perundingan tidak langsung yang dimediasi oleh Qatar dan Mesir di Doha, perundingan yang sebenarnya didukung Amerika Serikat, karena perbedaan pendapat soal gencatan senjata, pembebasan tahanan, dan akses bantuan kemanusiaan.

Hamas sendiri telah menyatakan kesediaannya untuk membebaskan semua tawanan ‘Israel’ jika ‘Israel’ bersedia menghentikan agresinya secara total, menarik pasukannya dari Gaza, dan membebaskan para tahanan Palestina.

Namun, Netanyahu menolak usulan itu. Pemerintahannya tetap bersikukuh: kelompok-kelompok perlawanan Palestina harus dilucuti, dan militer ‘Israel’ harus tetap mengontrol penuh wilayah Gaza. (zarahamala/arrahmah.id)