1. News
  2. Internasional

Pemerintah Gaza Umumkan Kelaparan Makin Ganas Meski Ada Gencatan Senjata Sementara

Zarah Amala
Senin, 28 Juli 2025 / 3 Safar 1447 10:31
Pemerintah Gaza Umumkan Kelaparan Makin Ganas Meski Ada Gencatan Senjata Sementara
Pengiriman bantuan melalui udara terbatas ke Gaza (AFP)

GAZA (Arrahmah.id) – Kantor Media Pemerintah di Gaza mengumumkan bahwa kelaparan masih terus berlangsung dan semakin memburuk di seluruh wilayah Jalur Gaza, meskipun ada klaim dari ‘Israel’ tentang “gencatan senjata kemanusiaan sementara.” Hari ini, jumlah truk bantuan yang berhasil masuk hanya 73 unit, ditambah dengan tiga kali operasi pengiriman bantuan lewat udara.

Dalam pernyataannya, kantor media menegaskan bahwa bencana kelaparan di Gaza semakin luas, semakin berbahaya, dan semakin buas, akibat blokade yang masih diberlakukan dan larangan masuknya kebutuhan pokok. Satu-satunya solusi nyata, kata mereka, adalah dengan membuka seluruh perlintasan secara penuh, menghentikan pengepungan, dan mengizinkan masuknya makanan dan susu anak-anak secara cepat dan rutin.

Mereka menyebut upaya-upaya yang dilakukan untuk memasukkan bantuan kemanusiaan sebagai “pertunjukan sandiwara konyol,” dan menuduh komunitas internasional ikut bermain dalam kebohongan dengan janji-janji palsu dan informasi yang menyesatkan, di tengah serangan ‘Israel’ yang tak kunjung berhenti dan krisis kemanusiaan yang makin mengerikan.

Disebutkan pula bahwa ketiga operasi pengiriman bantuan lewat udara pada Ahad (27/7/2025) hanya setara dengan muatan dua truk saja, dan itu pun dijatuhkan di zona perang yang berbahaya, membahayakan nyawa warga sipil dan menghambat efektivitas distribusi bantuan.

Lebih parahnya lagi, menurut mereka, sebagian besar bantuan yang masuk justru dirampas secara terang-terangan di bawah pengawasan pasukan pendudukan ‘Israel’. Pasukan ini bahkan aktif mencegah bantuan sampai ke pusat-pusat distribusi resmi, memperburuk penderitaan rakyat dan menggagalkan seluruh upaya bantuan kemanusiaan.

Pihak Gaza menyimpulkan bahwa pola ini mencerminkan kegagalan internasional yang menyedihkan dalam menangani bencana kemanusiaan di Gaza. Mereka menuntut adanya gerakan nyata, segera, dan efektif yang mampu menjamin bantuan masuk secara aman dan terorganisir, bukan sekadar pertunjukan media atau sandera kepentingan militer.

“Gencatan Senjata” atau Pengalihan Isu?

Militer ‘Israel’ mengumumkan adanya “penghentian taktis” operasi militer selama beberapa jam setiap hari. Namun, tak ada kejelasan mengenai wilayah mana yang termasuk dalam kebijakan ini, atau jalur aman mana yang bisa dilewati oleh konvoi bantuan.

Mereka menyatakan bahwa mulai Ahad (27/7), akan diberlakukan jeda operasi militer untuk tujuan kemanusiaan dari pukul 10 pagi hingga 8 malam, berdasarkan arahan otoritas politik ‘Israel’ dan dengan koordinasi dari PBB serta organisasi internasional terkait.

‘Israel’ juga mengklaim telah menyediakan jalur aman dari pukul 6 pagi hingga 11 malam untuk pergerakan konvoi bantuan kemanusiaan milik PBB dan LSM, demi memasukkan dan mendistribusikan makanan serta obat-obatan bagi penduduk Gaza.

Namun secara mengejutkan, ‘Israel’ menolak fakta bahwa ada kelaparan di Gaza. Militer mereka menyebutnya sebagai “kampanye disinformasi yang diluncurkan Hamas,” sambil mengklaim telah menyambungkan jaringan listrik ke stasiun penyulingan air di bagian selatan Gaza, sebuah langkah yang dilihat banyak pengamat sebagai cara untuk meredam tekanan internasional atas situasi kemanusiaan yang semakin tak tertahankan.

Bantuan Udara dan Kritik Keras

Pada Ahad (27/7), AFP melaporkan bahwa pesawat militer dari Yordania dan Uni Emirat Arab telah menjatuhkan bantuan makanan ke Gaza. Tentara Yordania menyebutkan bahwa dua pesawat dari angkatan udaranya dan satu dari UEA telah menjatuhkan total 25 ton bantuan kemanusiaan di berbagai wilayah Gaza.

Sementara itu, AFP juga melaporkan bahwa satu konvoi bantuan berhasil melintasi perbatasan Rafah dari sisi Mesir. Namun truk-truk itu belum masuk ke wilayah Gaza dan masih tertahan di titik perbatasan.

Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) mengkritik keras operasi pengiriman bantuan udara oleh ‘Israel’ , menyatakan bahwa langkah itu “tidak akan menyelesaikan” krisis kelaparan yang terus memburuk.

Sebelumnya, pada Jumat (25/7), ‘Israel’ mengumumkan bahwa mereka akan melanjutkan pengiriman bantuan udara sebagai respons terhadap tekanan internasional yang meningkat. Menurut pejabat ‘Israel’, operasi ini akan dipimpin oleh UEA dan Yordania.

Namun kenyataannya, sejak 2 Maret 2025, ‘Israel’ telah menutup seluruh perlintasan ke Gaza dan melarang masuknya hampir seluruh bantuan pangan dan medis, yang menjadi penyebab utama kelaparan besar-besaran di wilayah tersebut.

Jumlah Korban Terus Bertambah

Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza pada Ahad pagi (27/7), jumlah warga Palestina yang gugur akibat kelaparan dan kekurangan gizi sejak 7 Oktober 2023 telah mencapai 133 orang, termasuk 87 anak-anak.

Sejak tanggal tersebut pula, ‘Israel’ telah melancarkan perang genosida terhadap Gaza, melalui pembunuhan massal, kelaparan sistematis, penghancuran total, dan pengusiran paksa, yang telah menyebabkan lebih dari 204.000 warga Palestina gugur atau terluka, mayoritasnya adalah perempuan dan anak-anak.

Selain itu, lebih dari 10.000 orang masih hilang, ratusan ribu lainnya mengungsi, dan kelaparan telah merenggut nyawa demi nyawa di hadapan dunia yang memilih diam. (zarahamala/arrahmah.id)