GAZA (Arrahmah.id) – Seorang perwira senior keamanan dari kelompok perlawanan di Gaza mengonfirmasi bahwa satuan penjaga tahanan telah mengaktifkan protokol “pemusnahan langsung” (immediate disposal), demikian dilaporkan oleh Al-Hares. Langkah ini diambil menyusul kekhawatiran yang meningkat bahwa ‘Israel’ dan Amerika Serikat akan melancarkan operasi khusus untuk menyelamatkan tentara mereka yang ditawan.
Dalam wawancara dengan Al-Hares, perwira tersebut menyatakan bahwa intelijen perlawanan meyakini ‘Israel’ tengah mempersiapkan misi berisiko tinggi untuk membebaskan para tentaranya yang ditawan. Menanggapi hal itu, seluruh unit penjaga tahanan telah meningkatkan kesiagaan.
Protokol “pemusnahan langsung” disebutkan untuk pertama kalinya hari ini dan kini telah diberlakukan, meski pihak perlawanan tidak mengungkap detail operasionalnya.
Sebelumnya, mantan Presiden AS Donald Trump kembali mengeluarkan ancaman terhadap Gaza. Ia menuduh Hamas menolak kesepakatan gencatan senjata karena “takut dengan apa yang terjadi setelah para sandera dibebaskan.”
“Mereka tahu apa yang akan terjadi setelah sandera terakhir dibebaskan,” kata Trump. “Mereka ingin mati… Kita harus menyelesaikan pekerjaan ini. Kita harus menyingkirkan mereka.”
Trump juga mengonfirmasi bahwa Amerika Serikat menarik diri dari negosiasi gencatan senjata.
Sementara itu, Qatar dan Mesir membantah klaim utusan Trump, Steven Witkoff, yang menyebut Hamas menolak proposal gencatan senjata. Para mediator menegaskan bahwa justru Hamas telah mengajukan proposal rinci, meliputi:
-
Gencatan senjata selama 60 hari.
-
Penarikan bertahap pasukan ‘Israel’.
-
Pembukaan penuh penyeberangan Rafah.
-
Bantuan kemanusiaan di bawah pengawasan PBB.
-
Kesepakatan pertukaran tahanan.
Mediator menyebut bahwa proses negosiasi sempat mengalami kemajuan dan jeda dalam pembicaraan adalah hal yang wajar dalam proses diplomasi.
Namun, di tengah blokade yang terus berlangsung dan meningkatnya korban kelaparan di Gaza, kelompok perlawanan memperingatkan bahwa setiap operasi penyelamatan tentara ‘Israel’ dapat memicu konsekuensi langsung berdasarkan protokol yang saat ini telah diaktifkan. (zarahamala/arrahmah.id)