NANGARHAR (Arrahmah.id) – Pejabat di Nangarhar menyatakan bahwa Imarah Islam tidak akan membiarkan siapa pun melanggar atau campur tangan di wilayah Afghanistan.
Abdul Hakim Nezami, Wakil Komandan Korps Militer Khalid bin Walid ke-201, mengatakan dalam upacara peringatan empat tahun pemerintahan Imarah Islam di Afghanistan bahwa setiap serangan atau invasi asing dari negara tetangga akan dibalas dengan tanggapan yang kuat.
Dia menyatakan: “Berbeda dengan masa lalu, gunung-gunung, lembah-lembah, desa-desa, dan rakyat kami tidak lagi dibom atau ditembaki oleh negara-negara tetangga. Jika tindakan semacam itu dilakukan, Tentara Islam dan pasukan Imarah Islam akan memberikan respon yang menghancurkan, dan mereka tidak akan diizinkan untuk mengejar tujuan jahat mereka.”
Pejabat lokal Nangarhar juga mengatakan bahwa sejak kembalinya Imarah Islam ke kekuasaan, Afghanistan telah bernapas lega, lansir Tolo News (16/8/2025).
Menurut mereka, jenderal-jenderal Amerika telah mengakui kekalahan mereka di Afghanistan.
Azizullah Mostafa, Wakil Gubernur Nangarhar, mengatakan: “Mereka mengakui mengalami kekalahan yang memalukan di Afghanistan, yang merusak reputasi Amerika Serikat. Setelah pidato Trump, hampir tidak ada satu pun yang tidak menyebut Afghanistan.”
Zabihullah Noorani, Direktur Informasi dan Kebudayaan di Nangarhar, mengatakan: “Khawarij telah menimbulkan penderitaan yang luar biasa bagi rakyat Nangarhar. Dengan kembalinya Imarah Islam, sistem Islam dan terpusat telah ditetapkan di Afghanistan.”
Warga Nangarhar mengekspresikan kepuasan mereka terhadap keamanan nasional, namun mendesak pejabat pemerintah untuk melaksanakan proyek pembangunan berskala besar dan menciptakan peluang kerja.
Hasibullah, seorang warga Nangarhar, mengatakan: “Setelah bertahun-tahun, perdamaian telah kembali ke Afghanistan. Tidak ada lagi ledakan atau pembunuhan. Kami meminta pemerintah untuk fokus pada rekonstruksi agar negara kami dapat bersaing dengan negara lain di dunia.”
Seorang warga lain, Rafiullah, menyatakan: “Negara kami telah mengalami puluhan tahun perang. Kini setelah perdamaian terwujud, diperlukan rekonstruksi di semua sektor.”
Empat tahun lalu, pada 15 Agustus 2021, dengan jatuhnya Kabul, Imarah Islam berkuasa, dan pada 30 Agustus tahun yang sama, Chris Donahue, tentara Amerika terakhir, meninggalkan Afghanistan. (haninmazaya/arrahmah.id)