DOHA (Arrahmah.id) – Penasihat media untuk Kepala Biro Politik Hamas, Taher al-Nounou, menegaskan bahwa Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu, telah merusak seluruh upaya untuk mengembalikan tahanan ‘Israel’ sekaligus menghentikan perang.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, al-Nounou menekankan bahwa “Hamas tidak akan pernah lebih peduli terhadap tahanan ‘Israel’ dibanding Netanyahu sendiri.”
Pernyataan itu muncul setelah serangan ‘Israel’ pada Selasa (9/9/2025) yang menghantam sebuah gedung perumahan di Doha, tempat para pemimpin Hamas tengah membahas proposal perdamaian Amerika Serikat terkait pertukaran tahanan dan penghentian perang di Gaza.
Menurut al-Nounou, sikap Netanyahu menunjukkan ketidakpedulian terhadap nyawa tahanan, seolah mereka tak berarti apa-apa dalam kebijakan ‘Israel’ terhadap perlawanan, Gaza, bahkan kawasan secara keseluruhan. Serangan itu, kata dia, tidak hanya menargetkan pihak yang sedang bernegosiasi, tapi juga melanggar kedaulatan negara mediator. Sementara agresi ‘Israel’ yang terus menghantam Gaza, dengan serangan udara yang meruntuhkan bangunan, bisa saja mengancam nyawa para tahanan.
Pasca serangan di Doha, muncul keraguan besar atas kelanjutan negosiasi tidak langsung yang sebelumnya dimediasi Qatar dan Mesir. Bahkan, Perdana Menteri sekaligus Menlu Qatar, Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani, menuduh Netanyahu sendiri yang membahayakan keselamatan para tahanan.
Al-Nounou mengingatkan, mediasi Qatar-Mesir sebelumnya telah berhasil mengembalikan banyak tahanan ‘Israel’, sesuatu yang justru gagal dicapai mesin perang ‘Israel’ meski melancarkan pembantaian besar-besaran di Gaza.
Ia juga mengecam keras serangan ‘Israel’ yang disebutnya sebagai “terorisme dan kejahatan tanpa batas,” karena sampai menyasar ibu kota Qatar, selain menghancurkan menara perumahan di Gaza dan mencoba mengusir paksa warganya.
Lebih jauh, al-Nounou menilai Netanyahu lewat serangan ke Doha ingin mengirim pesan ke seluruh kawasan, mencoba memberlakukan aturan main baru, dan “mengobrak-abrik stabilitas negara-negara di sekitarnya.”
Menurutnya, pasca serangan tersebut, tidak ada lagi pertemuan atau pembahasan lanjutan mengenai negosiasi. Ia bertanya retoris, “Bagaimana mungkin tim perunding bisa melanjutkan pembicaraan setelah serangan pengecut itu?”
Al-Nounou juga menekankan, pola negosiasi lama sebelum serangan Doha tidak lagi relevan, apalagi di tengah realitas baru berupa pengusiran paksa dan invasi ‘Israel’ ke wilayah Arab dan Muslim.
Kunjungan Marco Rubio
Menanggapi kunjungan Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio ke ‘Israel’, al-Nounou merendahkan ekspektasinya. Menurutnya, Netanyahu sudah “menghujani roket dan bom pesawat” ke setiap upaya yang ada.
Rubio sebelumnya menyatakan kunjungannya akan difokuskan untuk memastikan kembalinya para tahanan, memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan, dan menghadapi “ancaman Hamas”. Namun bagi al-Nounou, pernyataan Rubio yang menyebut hubungan AS-Israel “sedang dalam kondisi terbaiknya” justru menjadi pembenaran tanpa batas bagi Netanyahu untuk terus melakukan terorisme negara.
Ia menilai sikap Amerika itu memberi lampu hijau bagi Netanyahu untuk menyerang siapapun dan dimanapun sesukanya, seolah-olah berada di luar jangkauan hukum internasional maupun norma kemanusiaan. (zarahamala/arrahmah.id)