ISLAMABAD (Arrahmah.id) – Di tengah meningkatnya ketegangan antara Kabul dan Islamabad, Kementerian Luar Negeri Pakistan menyatakan bahwa negara tersebut menginginkan hubungan baik dengan Afghanistan, tetapi menganggap terorisme sebagai satu-satunya hambatan dalam hubungan bilateral.
Juru bicara kementerian menekankan bahwa Afghanistan harus memilih antara Pakistan dan Tehrik-e-Taliban Pakistan (TTP), lansir Tolo News (21/9/2025).
Shafqat Ali Khan, juru bicara tersebut, mengatakan: “Afghanistan adalah tetangga dekat. Kami menginginkan hubungan persaudaraan, sebagaimana seharusnya antara dua tetangga yang baik. Saya telah berulang kali menekankan dalam pengarahan bahwa hambatan utama tetaplah tempat perlindungan yang dinikmati oleh para ‘teroris’ di sana. Jadi, pesan Perdana Menteri sangat jelas. Kabul harus memilih Pakistan atau TTP.”
Moeen Gul Samkani, seorang analis politik, mengatakan: “Pernyataan bahwa kami harus memilih antara Pakistan dan TTP bukanlah hal yang wajar. TTP bukan milik kami, dan ketika bukan milik kami, jelas itu milik Pakistan. Mengapa kami harus memilih terkait Taliban Pakistan? Pakistanlah yang harus memutuskan apakah akan berpihak pada TTP atau menjauhinya.”
Sementara itu, Rana Sanaullah, penasihat politik Perdana Menteri Pakistan, merujuk pada kekhawatiran keamanan negaranya terkait Afghanistan dan pakta pertahanannya dengan Arab Saudi, memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap Pakistan akan dianggap sebagai serangan terhadap Arab Saudi.
Ia berkata: “Begitulah yang akan terjadi. Perubahan yang sangat signifikan sedang terjadi. Tentu saja, masih ada isu-isu yang jika diungkapkan terlalu dini akan kehilangan nilainya. Namun, jelas bahwa serangan terhadap Pakistan berarti serangan terhadap Arab Saudi. Oleh karena itu, terorisme dan perang proksi tidak lagi hanya ditujukan kepada Pakistan, tetapi juga kepada Arab Saudi.”
Di sisi lain, Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam, dalam wawancara dengan Pusat Studi dan Penelitian Keamanan Pakistan, mendesak Perdana Menteri negara itu untuk menahan diri dari membuat pernyataan provokatif tentang Afghanistan.
Ia menekankan bahwa Afghanistan tidak mendukung ketidakamanan di Pakistan dan menambahkan bahwa tuduhan dan penggunaan kekuatan tidak menguntungkan kedua belah pihak.
Mujahid mengatakan: “Mereka seharusnya tidak membuat pernyataan yang merugikan rakyat dan suasana. Pernyataan seperti itu mudah dibuat. Jika Perdana Menteri atau pejabat senior suatu negara berbicara tentang perang atau ancaman, kita tidak dapat mengoreksi atau mencegahnya, karena dalam hal itu, tekad kita melemah.”
Ketegangan yang meningkat ini terjadi seperti sebelumnya, dalam kunjungannya ke Kabul, Menteri Luar Negeri Cina menekankan penyelesaian masalah antara Afghanistan dan Pakistan melalui pemahaman dan dialog. (haninmazaya/arrahmah.id)