1. Kontribusi
  2. Opini

Opini: Zionis Makin Beringas, Butuh Solusi yang Tuntas

Oleh Ummu Kholda Pegiat Literasi
Rab, 16 Juli 2025 / 21 Muharram 1447 20:28
Opini: Zionis Makin Beringas, Butuh Solusi yang Tuntas
(Foto: Al Jazeera)

Dalam beberapa minggu terakhir, serangan Zionis semakin beringas terhadap warga Gaza, baik melalui darat maupun udara. Serangan yang dilakukan melalui udara setidaknya telah menewaskan sedikitnya 68 orang. Korban jiwa tercatat 47 orang di Gaza City dan wilayah utara Gaza, termasuk lima orang yang tewas saat mendekati pusat distribusi bantuan makanan yang dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF) di utara Rafah.

Diketahui, organisasi ini merupakan lembaga bantuan yang didukung Israel dan Amerika Serikat (AS), akan tetapi lokasi distribusinya justru sering menjadi titik tembak militer Zionis Israel. Kantor Media Pemerintah Gaza melaporkan, sejak GHF mulai mengelola pengiriman bantuan terbatas pada akhir Mei, ada lebih dari 580 warga Palestina tewas dan lebih dari 4.000 terluka saat mereka mendekati pusat distribusi makanan, sehingga hal tersebut cukup menjadi sorotan. Salah satunya dari Geoffrey Nice, Pengacara Hak Asasi Manusia ((HAM), yang menyebut bahwa tempat yang katanya menyediakan bantuan makanan justru terjadi pembantaian terhadap ratusan orang, sungguh tidak masuk akal. (CNBC Indonesia, 30/6/2025)

Selain itu, menurut Kementerian Kesehatan Palestina, per Selasa (1-6-2025) sedikitnya 56.647 warga Palestina tewas akibat genosida Zionis di jalur Gaza sejak Oktober 2023. Kabar terbaru, Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza yang juga berprofesi sebagai dokter, Marwan Al-Sultan juga meninggal dunia dalam serangan udara militer Zionis pada Rabu (2/7/2025). Bahkan anak dan istrinya pun tewas dalam serangan tersebut. (BBC.com, 3/7/2025)

Sikap Zionis sungguh sangat kejam. Sehari saja tidak membunuh warga sipil dan anak-anak sepertinya tidak puas. Selain anak-anak mereka menyasar perempuan, kaum renta, tenaga kesehatan, jurnalis, dan relawan kemanusiaan. Mereka tidak lagi menyasar kamp-kamp militer. Mereka tidak peduli lagi dunia mengutuk dan mengecamnya, bahkan menghujat mereka. Segala bantuan kemanusiaan yang hendak ke Gaza juga dijegal, seolah sengaja menciptakan kelaparan massal di tanah Palestina. Di mana kelaparan tersebut juga digunakan sebagai senjata untuk membunuh warga Gaza secara perlahan.

 

Nasionalisme dan Kapitalisme, Akar Permasalahan Palestina

Sikap tak berperikemanusiaan Zionis sudah sepatutnya kita sudahi. Meskipun kaum muslimin dan para mujahidin di Gaza menyikapinya dengan kesabaran dan keteguhan jiwa yang sangat luar biasa. Karena keimanan mereka yang sangat kuat serta pemahamannya tentang kehidupan mulia yang hanya milik umat Islam dan kaum muslimin. Sehingga bagaimanapun mereka digempur dengan serangan-serangan brutal mereka tidak akan menyerah. Apalagi Allah Swt. telah memerintahkan untuk menjaga tanah kaum muslimin, yang dalam hal ini adalah Al-Quds.

Sayangnya, dunia memandang genosida yang terjadi di Gaza  Palestina sebagai masalah kemanusiaan semata. Namun tidak bagi kaum muslimin. Ini lebih kepada upaya pembersihan warga muslim di Palestina. Mereka membutuhkan uluran tangan bantuan yang bersifat militer untuk mengusir tentara Zionis. Namun, para penguasa negeri-negeri muslim masih tetap diam, meski rakyat terus bergerak melakukan pembelaan. Mereka menganggap masalah Palestina bukan masalah bersama, akan tetapi masalah dalam negerinya. Sehingga mereka tidak mau terlalu ikut campur, sebaliknya mereka hanya bisa mengecam, mengutuk, dan beretorika. Bahkan di antara mereka ada yang tega berkhianat, bergandengan tangan dengan Zionis. Lebih parahnya lagi mereka menjaga dan menutup pintu perbatasan ke Rafah demi kepentingannya dengan AS sebagai negara pendukung Zionis. Kondisi yang demikian lah yang membuat Palestina berjuang dan berjihad sendirian.

Ketidakpahaman akar persoalan Palestina sehingga berbagai bantuan dan dukungan pun tidak sampai ke Gaza. Selain itu, kuatnya cinta terhadap kedudukan dan kekuasaan membuat para penguasa negeri-negeri muslim buta mata dan hatinya serta lalai terhadap hubungan persaudaraan atas dasar keimanan. Ditambah lagi sekat-sekat nasionalisme (paham negara bangsa) yang meruntuhkan ikatan akidah Islam di antara penguasa muslim semakin menambah beratnya perjuangan rakyat Palestina.

Selain nasionalisme, ideologi kapitalisme yang diemban di hampir seluruh negeri muslim adalah akar persoalan sesungguhnya. Sistem kapitalisme yang berlandaskan manfaat atau kepentingan membuat para penguasa negeri-negeri muslim enggan menyelesaikan persoalan saudaranya. Mereka lebih cinta dunia dengan beragam jenisnya, seperti kedudukan atau jabatan, serta materi sebagai sumber kebahagiaannya. Sebaliknya, mereka takut terhadap kematian. Cinta dunia dan takut mati inilah yang disebut penyakit wahn. Maka wajar jika para penguasa negeri-negeri muslim justru diam, menyaksikan pembantaian saudaranya di Gaza.

 

Sistem Islam, Membangun Kesadaran Umat

Persoalan Palestina sesungguhnya adalah persoalan seluruh Umat Islam sedunia. Bangkit dan hancurnya Palestina berada di tangan kaum muslimin. Melalaikan Palestina sama saja melalaikan tugas dalam menjaga Al-Aqsa. Rakyat Palestina juga saudara kita, oleh karena itu jangan sampai membiarkan penjajahan dan pembantaian terus menerus terjadi hingga menyakiti warga Gaza. Karena jika mereka disakiti, kaum muslim lainnya pun merasakan sakit. Sebagaimana sabda Rasul saw. yang artinya: “Perumpamaan kaum muslim dalam urusan kasih sayang dan tolong menolong bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh merasa sakit, menjalarlah penderitaan itu ke seluruh badan hingga tidak dapat tidur dan (merasa) panas.” (HR. Bukhari Muslim)

Ini berarti masalah Palestina merupakan tanggung jawab kita bersama, bukan hanya warga Palestina. Namun, hal ini perlu adanya kesadaran di antara kaum muslim terhadap pentingnya masalah ini dan pemahaman terkait persoalan dan solusi yang tuntas atas Palestina.

Umat harus mengetahui persoalan Palestina bukan sekadar urusan kemanusiaan dan krisis kelaparan semata. Akan tetapi urusan kaum muslim dan terpecah belahnya umat di bawah panji nasionalisme. Karenanya tidak ada solusi lain kecuali bersatunya umat di bawah satu kepemimpinan shahih yang mampu menggerakkan tentara militer untuk menyerukan jihad hingga Palestina dapat kembali ke pangkuan kekuasaan Islam. Dengan mengerahkan seluruh kekuatan militer yang dikomandoi oleh seorang pemimpin Islam (khalifah) niscaya penjajah Zionis akan terusir dari bumi Palestina. Warga Palestina pun dapat kembali menjalani kehidupan secara normal.

Oleh karena itu, upaya penyadaran terhadap umat harus terus digaungkan semakin kuat dan Makin keras lagi. Upaya ini harus dilakukan oleh kaum muslimin yang sudah mempunyai kesadaran terutama para pengemban dakwah Islam. Merekalah garda terdepan yang akan terus menguatkan dan meningkatkan upayanya agar dukungan umat atas kesadaran makin kuat, sehingga umat akan terus bergerak menuntut penguasa mereka agar kembali kepada tuntunan Islam, bahwa menyelesaikan masalah Palestina hanya bisa dengan jihad dan khilafah.

Para pengemban dakwah juga harus dapat mengembalikan gelar kaum muslim yaitu khairu ummah (umat terbaik) yang diberikan Allah Swt. dengan membangkitkan pemahaman Islam umat secara menyeluruh. Umat juga harus mengetahui bahwa kemunduran kaum muslim akibat meninggalkan dan meremehkan ajaran-ajaran agama dan membiarkan peradaban asing masuk dan bercokol di benak kaum muslim.

Pengemban dakwah juga harus terus berusaha  mewujudkan opini umum atas solusi hakiki persoalan Palestina yakni jihad dan khilafah yang dilandasi oleh kesadaran umum. Mereka akan terus memimpin umat menuju jalan yang sudah ditempuh Rasulullah saw. kepada tegaknya hukum Allah Swt. sebagai sarana untuk melanjutkan kembali kehidupan Islam.

Upaya untuk membangun kesadaran umat melalui dakwah hanya  dapat dilakukan dengan mengoptimalkan tiga aktivitas, yakni: pertama, pembinaan umum dan intensif, yaitu mengkaji pemikiran Islam dan pentingnya Islam sebagai jalan hidup seorang muslim. Kedua, membongkar makar dan propaganda penjajah dan musuh Islam agar umat memiliki kewaspadaan dan tidak mudah terperdaya oleh narasi yang mereka kampanyekan. Ketiga, melakukan amar makruf nahi mungkar tanpa kekerasan. Yakni dengan mengajak berpikir secara menyeluruh bahwa Islam adalah sebuah ideologi yang memiliki pandangan khas tentang alam, manusia, dan kehidupan yang mampu menyelesaikan seluruh persoalan kehidupan.

Upaya-upaya tersebut tidak cukup dilakukan oleh individu, akan tetapi dibutuhkan pergerakan dakwah yang rapi dan kukuh oleh jamaah dakwah ideologis yang berjalan mengikuti metode dakwah Rasulullah saw.. Jamaah dakwah ideologis harus hadir di tengah-tengah umat untuk menjelaskan dan memahamkan  kerusakan kepemimpinan kapitalisme dan pentingnya persatuan dan kesadaran bersama dalam menerapkan sistem Islam secara kafah (menyeluruh).

Selain itu pengemban dakwah juga harus senantiasa menjaga keistiqomahan dalam menjalankan dakwah sesuai metode Rasul saw., meningkatkan kemampuannya dalam membangun kesadaran umat, serta menguatkan hubungan dengan Allah agar pertolongan Allah segera datang, hingga Palestina dan negeri-negeri muslim lainnya bebas dari penjajahan. Inilah solusi yang dapat menyelesaikan masalah Palestina secara tuntas, bukan solusi dua negara atau solusi praktis lainnya.

Wallahu a’lam bis shawab

Editor: Hanin Mazaya