1. News
  2. Internasional

New York Times: “Israel” Manfaatkan Celah Ini untuk Membunuh Para Pemimpin Iran

Samir Musa
Senin, 1 September 2025 / 9 Rabiul awal 1447 18:39
New York Times: “Israel” Manfaatkan Celah Ini untuk Membunuh Para Pemimpin Iran
Sebuah spanduk yang menampilkan foto sejumlah komandan militer Iran dan warga sipil yang terbunuh dalam serangan “Israel” (Reuters).

TEHRAN (Arrahmah.id) — Surat kabar New York Times Amerika mengungkap dalam laporan investigatif panjang bahwa “Israel” berhasil membunuh sejumlah besar komandan militer Iran dan ilmuwan di bidang nuklir selama perang terakhir dengan Iran pada Juni lalu. Hal itu dilakukan dengan cara melacak ponsel para pengawal dan pendamping mereka.

Menurut laporan tersebut, perang antara Iran dan “Israel” tidak ditentukan di medan tempur tradisional, melainkan melalui “celah manusiawi” yang dimanfaatkan oleh keunggulan teknologi “Israel”.

Telepon genggam para pengawal berubah menjadi “benang rahasia” yang menuntun “Israel” kepada para ilmuwan dan komandan, sehingga terjadi serangkaian pembunuhan yang mengubah keseimbangan dalam perang bayangan yang telah berlangsung selama puluhan tahun antara kedua pihak.

Laporan itu—yang ditulis oleh jurnalis Farnaz Fassihi, Ronen Bergman, dan Mark Mazzetti—bersandar pada wawancara dengan pejabat Iran dan “Israel” dan memperlihatkan adanya kelemahan keamanan yang mematikan.

Celah yang Dimanfaatkan

Dalam laporannya disebutkan bahwa Dewan Tertinggi Keamanan Nasional Iran menggelar pertemuan rahasia pada hari keempat perang, di sebuah bunker bawah tanah di Teheran, yang dihadiri Presiden Masoud Pezeshkian bersama para pejabat tinggi militer dan keamanan.

Meski keamanan diperketat dan para pemimpin dilarang membawa ponsel, pesawat tempur “Israel” membombardir pintu masuk bunker hanya beberapa menit setelah pertemuan dimulai.

Tidak ada satupun pejabat yang terbunuh, namun sejumlah pengawal tewas. Belakangan Iran menemukan bahwa “Israel” melacak ponsel para pengawal untuk menentukan lokasi dengan akurat.

Menurut para pejabat yang mengetahui kasus ini, penggunaan ponsel secara sembrono oleh para pengawal dan sopir—termasuk mengunggah di media sosial—telah membuka jalan bagi “Israel” untuk menemukan para ilmuwan dan komandan.

Mantan pejabat pemerintah, Sasan Karimi, mengatakan, “Para komandan memang tidak membawa ponsel, tapi para pengawal mereka membawanya dengan ceroboh. Dari situlah mereka terlacak.”

Presiden Pezeshkian sendiri menuturkan bahwa ia selamat bersama para pejabat lain di bunker itu setelah menggali reruntuhan dengan tangannya untuk membuka lorong sempit yang memungkinkan mereka keluar satu per satu.

Daftar Target Pembunuhan

Menurut laporan itu, sejak akhir 2022, “Israel” membentuk “Tim Pemenggal Kepala” untuk meninjau kembali berkas para ilmuwan nuklir. Dari 400 nama, daftar target dipersempit menjadi 100 berdasarkan arsip nuklir yang dicuri Mossad pada 2018, dan akhirnya difokuskan pada 13 ilmuwan. Iran kemudian mengumumkan bahwa mereka terbunuh.

Secara paralel, “Israel” meluncurkan operasi “Pernikahan Merah” untuk menargetkan para komandan senior Garda Revolusi, termasuk Brigadir Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan pasukan Dirgantara, yang terbunuh dalam serangan udara.

Dalam operasi lain bernama “Narnia”, fokus diarahkan pada kelompok ilmuwan yang diduga merancang perangkat peledak nuklir.

Hamzeh Safavi, putra penasihat militer Pemimpin Tertinggi Ali Khamenei, mengakui bahwa “keunggulan teknologi ‘Israel’ adalah ancaman eksistensial”, dan menyerukan reformasi menyeluruh dalam infrastruktur keamanan Iran.

Senjata Penentu

Komandan baru Garda Revolusi, Mayor Jenderal Ahmad Vahidi, menegaskan bahwa “Israel” sangat bergantung pada satelit dan spionase teknis, seraya mengatakan: “Musuh memperoleh informasinya melalui teknologi, yang memungkinkannya melacak suara, gambar, dan menentukan lokasi dengan tepat.”

Namun, upaya Teheran untuk melarang penggunaan ponsel bagi para pemimpin dan ilmuwan ternyata tidak efektif, sebab sebagian pengawal tetap membawa dan bahkan menggunakannya. Hal ini membuka celah bagi Tel Aviv untuk melancarkan serangan yang akurat.

Presiden Pezeshkian kemudian menuturkan kembali bahwa ia selamat bersama pejabat lain setelah menggali dengan tangannya di bawah reruntuhan hingga berhasil keluar melalui celah sempit.

(Samirmusa/arrahmah.id)