WASHINGTON (Arrahmah.id) – Situs berita Amerika Axios mengungkap bahwa rencana Presiden Donald Trump untuk menghentikan perang di Gaza telah mengalami perubahan besar setelah intervensi Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu. Menurut laporan itu, Netanyahu berhasil memasukkan amandemen kunci dalam pertemuan enam jam di Washington bersama utusan Gedung Putih Steve Witkoff, menantu Trump Jared Kushner, dan penasihatnya Ron Dermer.
Amandemen tersebut mengaitkan penarikan pasukan ‘Israel’ dari Gaza dengan kemajuan proses pelucutan senjata Hamas, serta memberi ‘Israel’ hak veto penuh. Bahkan jika seluruh syarat dipenuhi, pasukan ‘Israel’ tetap akan bertahan dalam zona keamanan di dalam Gaza “sampai wilayah itu benar-benar aman dari ancaman baru,” yang berarti berpotensi tanpa batas waktu.
Menurut Axios, langkah ini memicu kemarahan sejumlah pejabat dari Arab Saudi, Mesir, Yordania, dan Turki. Meski Qatar sempat mendesak Washington menunda pengumuman rencana itu karena adanya penolakan, Gedung Putih tetap merilisnya pada Senin (29/9/2025) dan menyerukan dukungan dari negara-negara Arab dan Islam.
Delapan negara akhirnya mengeluarkan pernyataan bersama yang menyambut pengumuman Trump, meski tidak menyatakan dukungan penuh. Sumber diplomatik menyebut Qatar kemudian memberi tahu mitra-mitranya bahwa diskusi lanjutan dengan AS akan digelar untuk membahas detail rencana tersebut.
Di saat Trump dan Netanyahu memaparkan rencana di depan publik, Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani menyodorkan isi proposal kepada pimpinan Hamas di Doha. Menurut sumber, Hamas menyatakan siap mempelajarinya “dengan itikad baik.”
Utusan Gedung Putih Steve Witkoff menegaskan kepada Fox News bahwa rencana Trump “mendapat dukungan luas di Timur Tengah dan Eropa,” seraya mengakui masih ada detail yang perlu disempurnakan. Ia menambahkan, Trump akan menekan semua pihak agar melangkah maju.
Sementara itu, situs ‘Israel’ Walla mengutip seorang pejabat keamanan yang mengatakan operasi militer di Gaza justru akan meningkat dalam beberapa hari ke depan. Menurutnya, Israel belum berniat menurunkan intensitas serangan. Keputusan untuk memperluas pertempuran akan ditentukan oleh bagaimana Hamas merespons rencana perdamaian AS. (zarahamala/arrahmah.id)