1. News
  2. Internasional

Mujahid: AS Menyerang Afghanistan Tanpa Investigasi yang Layak

Hanin Mazaya
Ahad, 14 September 2025 / 22 Rabiul awal 1447 05:42
Mujahid: AS Menyerang Afghanistan Tanpa Investigasi yang Layak
(Foto: Tolo News)

KABUL (Arrahmah.id) – Zabihullah Mujahid, juru bicara Imarah Islam Afghanistan, mengatakan kepada Tolo News terkait peristiwa 11 September bahwa Washington menuduh Afghanistan dan Imarah Islam tanpa penyelidikan yang memadai, lalu melancarkan serangan militer.

Menurutnya, Syaikh Usamah bin Ladin, pemimpin al-Qaeda saat itu, telah datang ke Afghanistan sebelum berdirinya Imarah Islam, dan selama pemerintahan Imarah tersebut, ia berada dalam kondisi yang dibatasi dan terkendali.

Mujahid menambahkan: “Imarah Islam mengusulkan kepada mereka bahwa jika ada tuduhan terhadap Usamah bin Ladin, ada dua cara: pertama, ajukan kasus ini ke pengadilan Afghanistan untuk penyelidikan yang transparan; dan jika tidak yakin, demi kredibilitas yang lebih besar, Afghanistan, Arab Saudi, dan negara Islam lainnya dapat membentuk pengadilan bersama untuk menangani kasus tersebut.”

Ia menekankan bahwa Imarah Islam tidak akan membiarkan wilayah Afghanistan digunakan untuk melawan negara mana pun, termasuk Amerika Serikat.

Mujahid juga merujuk pada Perjanjian Doha dan mendesak AS untuk menormalisasi kebijakannya terhadap Afghanistan dan memulai keterlibatan resmi dengan pemerintah Afghanistan.

“Kami ingin AS mengubah kebijakan masa lalunya yang tidak lazim dan agar Afghanistan memiliki hubungan baik dengan semua negara,” ujarnya.

Sementara itu, Presiden AS, dalam wawancara baru-baru ini dengan Fox News, menggambarkan kekerasan di Chicago sebagai “lebih buruk daripada Afghanistan.”

Donald Trump berkata: “Mereka kehilangan 6, 7, 8, 9 orang setiap minggu. Dan 30 atau 40 orang ditembak. Itu lebih buruk daripada Afghanistan. Itu lebih buruk. Tidak ada kota seperti itu.”

Sejak penarikan pasukan AS dari Afghanistan pada Agustus 2021, hubungan antara Kabul dan Washington masih berada dalam ketidakpastian. AS belum mengakui pemerintahan Imarah Islam, dan sebagian aset Afghanistan masih dibekukan di bank-bank asing. (haninmazaya/arrahmah.id)