RIYADH (Arrahmah.id) — Hujan deras yang mengguyur Arab Saudi sejak Rabu (27/8/2025) malam memicu banjir bandang di beberapa wilayah, termasuk kota suci Makkah dan Madinah, menghanyutkan ratusan mobil dan menyebabkan gangguan signifikan pada infrastruktur dan transportasi.
Dilansir Gulf News (28/8), badai petir, hujan es, dan angin kencang memperparah situasi, memaksa penutupan jalan, pembatalan penerbangan, dan evakuasi warga di wilayah terdampak.
Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat mulai melanda Arab Saudi pada Rabu malam, dengan wilayah barat daya seperti Muhayil Asir, Najran, Jazan, Al Baha, Makkah, dan Madinah menjadi yang terparah terkena dampak.
Menurut Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi, banjir bandang menyapu jalan-jalan utama, menghanyutkan ratusan mobil, termasuk kendaraan pribadi dan bus wisata, yang ditinggalkan di tengah derasnya arus air.
Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan mobil-mobil terseret arus, pohon tumbang, dan puing-puing terbawa banjir di Makkah dan Jeddah.
Di Makkah, genangan air terlihat di sekitar Masjidil Haram, memengaruhi area tawaf dan memicu kekhawatiran serius mengingat status kota ini sebagai pusat ibadah umat Islam. Di Madinah, Kegubernuran Al Eis mengalami banjir parah, dengan aliran air coklat pekat membanjiri pemukiman dan pertokoan.
Sekolah-sekolah di Provinsi Timur, Riyadh, dan wilayah lain beralih ke pembelajaran daring, sementara penerbangan di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah mengalami penundaan dan pembatalan.
Pusat Meteorologi Nasional Arab Saudi mengeluarkan peringatan merah untuk 10 wilayah, memperingatkan potensi badai petir, banjir bandang, hujan es, dan badai pasir yang mengurangi jarak pandang.
Direktorat Jenderal Pertahanan Sipil mendesak warga untuk tetap di dalam rumah, menghindari dataran rendah, dan mengikuti arahan resmi. Lebih dari 4.000 personel, termasuk tim penyelamat dan petugas kebersihan, dikerahkan untuk menangani banjir dan membersihkan puing di jalanan.
Pemerintah setempat juga melaporkan bahwa sistem drainase yang kurang memadai di banyak kota memperburuk dampak banjir. Hujan lebat bukanlah fenomena langka di musim dingin Arab Saudi, namun infrastruktur perkotaan sering kali tidak mampu menangani curah hujan ekstrem, sebagaimana terlihat pada banjir mematikan di Jeddah pada 2009 yang menewaskan 123 orang.
Para ahli iklim menilai bahwa perubahan iklim memperparah frekuensi dan intensitas hujan lebat di kawasan yang biasanya gersang ini.
Di Makkah dan Madinah, banjir tidak hanya mengganggu transportasi, tetapi juga aktivitas ibadah, dengan laporan bahwa genangan air di sekitar Masjidilharam mempersulit akses jemaah.
Meskipun tidak ada laporan korban jiwa hingga 29 Agustus 2025, kerusakan material signifikan, dengan ratusan mobil rusak atau hanyut dan fasilitas publik seperti tiang listrik terdampak.
Pemerintah Arab Saudi menyatakan bahwa pemantauan kondisi cuaca akan terus dilakukan, dengan prakiraan hujan lebat berlangsung hingga awal September. (hanoum/arrahmah.id)