1. News
  2. Internasional

Meski Dibombardir ‘Israel’, Ibu Palestina: Saya Tidak Akan Meninggalkan Rumah. Saya Ingin Mati di Sini

Hanoum
Diperbaru: Sabtu, 6 September 2025 / 14 Rabiul awal 1447 04:49
Meski Dibombardir ‘Israel’, Ibu Palestina: Saya Tidak Akan Meninggalkan Rumah. Saya Ingin Mati di Sini
Para pelayat berpelukan saat pemakaman warga Palestina yang tewas dalam serangan udara Israel, di Kota Gaza pada 5 September 2025. [Foto: Reuters/Mahmoud Issa]

GAZA (Arrahmah.id) — ‘Israel’ kini menguasai 40% wilayah Gaza, Palestina, setelah melancarkan serangan darat dan udara besar-besaran. Serangan itu memaksa ribuan warga Palestina meninggalkan rumah, namun banyak yang tetap bertahan meski berada di jalur serangan.

“Saya tidak akan meninggalkan rumah. Saya ingin mati di sini. Tidak ada bedanya, pergi atau tetap, banyak warga sudah mengungsi tetap dibunuh Israel,” kata Um Nader, ibu lima anak di Gaza, dikutip dari Reuters (5/9/2025).

Otoritas kesehatan Gaza melaporkan sedikitnya 53 orang tewas akibat serangan ‘Israel’ pada Kamis (4/9), sebagian besar di Gaza. Pasukan ‘Israel’ dilaporkan telah bergerak dari pinggiran menuju beberapa kilometer dari pusat kota.

“Kami terus merusak infrastruktur Hamas. Hari ini kami menguasai 40% wilayah Gaza, termasuk lingkungan Zeitoun dan Sheikh Radwan,” kata Brigadir Jenderal Effie Defrin, juru bicara militer ‘Israel’. “Operasi akan terus diperluas dan ditingkatkan dalam beberapa hari ke depan.”

Defrin menegaskan operasi tidak akan berhenti sebelum seluruh sandera ‘Israel’ dikembalikan dan kekuasaan Hamas berakhir. Ia juga membenarkan pernyataan Kepala Staf Angkatan Darat, Eyal Zamir, yang menyampaikan kepada para menteri kabinet bahwa tanpa rencana pascaperang, ‘Israel’ harus memberlakukan pemerintahan militer di Gaza.

PM Benjamin Netanyahu menyebut operasi itu sebagai bagian dari rencana untuk mengalahkan Hamas. Namun, kampanye ini menuai kritik internasional karena memperparah krisis kemanusiaan, bahkan menimbulkan perpecahan pandangan di dalam ‘Israel’ sendiri antara kalangan militer dan politikus.

Warga melaporkan serangan besar-besaran di distrik Zeitoun, Sabra, Tuffah, dan Shejaia. Tank ‘Israel’ masuk ke bagian timur Sheikh Radwan, menghancurkan rumah-rumah dan membakar tenda pengungsi. Di Tuffah, lima rumah rusak, delapan orang tewas, dan puluhan lainnya terluka akibat serangan.

“‘Israel’ menargetkan kerumunan warga sipil dan sejumlah rumah di kawasan Mashahra, Tuffah. Empat bangunan hancur total,” kata Mahmoud Bassal, juru bicara layanan darurat sipil Gaza.

Militer ‘Israel’ belum mengomentari laporan tersebut, hanya menegaskan operasi bertujuan membongkar terowongan militan dan menemukan persenjataan.

Sebelum serangan ‘Israel’, sekitar satu juta orang tinggal di Gaza. Meski sebagian besar wilayah hancur dalam serangan Oktober-November 2023, ratusan ribu warga kembali ke kota karena serangan Israel meluas ke daerah lain.

‘Israel’ kini kembali meminta warga mengungsi, dan mengklaim 70 ribu orang telah meninggalkan Gaza. Namun, pejabat Palestina menyebut jumlahnya kurang dari setengah klaim ‘Israel’.

Kepala Jaringan LSM Palestina, Amjad al-Shawa, memperingatkan bahwa pengungsian kali ini adalah yang paling berbahaya sejak perang dimulai.

“Penolakan warga untuk pergi meski dibombardir menunjukkan bahwa mereka sudah kehilangan harapan,” ujarnya. (hanoum/arrahmah.id)