1. News
  2. Internasional

Menteri ‘Israel’ Terang-terangan Serukan Pembunuhan Presiden Suriah

Zarah Amala
Rabu, 16 Juli 2025 / 21 Muharram 1447 09:15
Menteri ‘Israel’ Terang-terangan Serukan Pembunuhan Presiden Suriah
Presiden Suriah, Ahmad asy Syaraa (QNN)

TEL AVIV (Arrahmah.id) – Menteri Urusan Diaspora ‘Israel’, Amichai Chikli, menyerukan pembunuhan Presiden Suriah Ahmad asy Syaraa, menyusul bentrokan antara pasukan pemerintah Suriah dan warga Druze di wilayah selatan negara itu.

Dalam sebuah unggahan di X, Chikli menulis: “Siapa pun yang menganggap Ahmad asy Syaraa sebagai pemimpin sah telah salah besar, dia adalah teroris, pembunuh biadab yang harus disingkirkan tanpa penundaan.”

Sementara itu, ‘Israel’ kembali melancarkan serangan udara ke posisi militer Suriah di wilayah barat daya Suriah untuk hari kedua berturut-turut, mengklaim bertujuan “melindungi komunitas Druze” serta “menjaga wilayah perbatasan tetap demiliterisasi”, di tengah meningkatnya kekerasan di Provinsi Sweida.

‘Israel’ Klaim Lindungi Druze, Serang Tentara Suriah

‘Israel’ berdalih serangan itu dilakukan sebagai tanggapan atas pernyataan tokoh agama Druze, Syaikh Hikmat al-Hajri, yang menuduh pasukan pemerintah melanggar gencatan senjata dan menyerukan perlawanan terhadap apa yang disebutnya “serangan barbar.”

Setelah pernyataan al-Hajri, Menteri Pertahanan Suriah Murhaf Abu Qasra menyatakan gencatan senjata menyeluruh telah diberlakukan dan pasukan pemerintah hanya akan membalas jika diserang lebih dahulu.

Namun demikian, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz mengaku telah memerintahkan serangan langsung terhadap pasukan “rezim” Suriah dan senjata yang dikirim ke Sweida, kota utama Druze, dengan dalih bahwa senjata itu akan digunakan melawan warga Druze.

“Israel berkomitmen untuk mencegah kerugian terhadap warga Druze di Suriah karena aliansi persaudaraan mendalam kami dengan warga Druze di Israel,” kata keduanya dalam pernyataan resmi. “Kami bertindak untuk mencegah rezim Suriah menyakiti mereka dan menjaga demiliterisasi di wilayah perbatasan kami.”

Kekerasan di Sweida meletus sejak Ahad (13/7), dipicu bentrokan antara kelompok bersenjata Druze dan pejuang Badui, menyebabkan ribuan warga mengungsi. Situasi semakin rumit dengan keterlibatan ‘Israel’ yang mengklaim ingin melindungi warga Druze, padahal justru menargetkan posisi militer Suriah hampir setiap hari dalam beberapa bulan terakhir.

Suriah Tuduh Israel Eksploitasi Komunitas Druze

Pemerintah Suriah menuduh ‘Israel’ menunggangi isu Druze untuk melegitimasi intervensi militernya, sementara Damaskus menegaskan bahwa seluruh warga Suriah, termasuk Druze dan Badui, memiliki hak dan kedudukan yang setara dalam negara.

Sejak menduduki Dataran Tinggi Golan pada 1967, ‘Israel’ terus memperluas kehadirannya di wilayah perbatasan. Setelah runtuhnya rezim Bashar al-Assad dan naiknya pemerintahan baru di Damaskus, ‘Israel’ mengambil alih zona penyangga dan menyatakan bahwa perjanjian pelepasan pasukan 1974 telah gagal.

Padahal, pemerintahan baru Suriah di bawah Presiden Ahmad asy Syaraa telah menegaskan tidak memiliki niat untuk memprovokasi ‘Israel’, namun serangan-serangan udara ‘Israel’ tetap berlanjut, menimbulkan korban sipil serta kerusakan besar pada infrastruktur militer Suriah.

Langkah terbaru ‘Israel’ ini memperkuat kekhawatiran bahwa retorika perlindungan terhadap Druze hanya digunakan sebagai justifikasi untuk agresi militer terhadap Suriah, pola lama yang terus diulang dalam strategi regional Tel Aviv. (zarahamala/arrahmah.id)