1. News
  2. Internasional

Mengapa ‘Israel’ Targetkan Anas al-Sharif dan Jurnalis Lainnya? Ini Penjelasan Ahli

Zarah Amala
Diperbaru: Selasa, 12 Agustus 2025 / 18 Safar 1447 09:45
Mengapa ‘Israel’ Targetkan Anas al-Sharif dan Jurnalis Lainnya? Ini Penjelasan Ahli
Jurnalis al Jazeera, Anas al-Sharif beserta rekan-rekannya dihabisi 'Israel' di tenda jurnalis di luar RS al-Shifa (QNN)

GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan ‘Israel’ membunuh koresponden Al Jazeera, Anas al-Sharif dan Mohammed Qreiqa, pada Ahad (10/8/2025). Empat jurnalis lain juga gugur dalam serangan yang sama. Serangan tersebut menargetkan tenda yang digunakan para wartawan di luar Rumah Sakit al-Shifa, Gaza.

Pembunuhan ini terjadi setelah berpekan-pekan kampanye hasutan publik terhadap staf Al Jazeera. Juru bicara militer ‘Israel’ untuk media berbahasa Arab, Avichay Adraee, berulang kali menuding al-Sharif menyebarkan “propaganda palsu” dan mendukung “agenda teroris.”

Setelah serangan, ‘Israel’ mengakui pembunuhan itu namun mengeluarkan pernyataan yang saling bertentangan. Pejabat ‘Israel’ menyebut al-Sharif sebagai “militan unit Nukhba,” “tentara,” “komandan kelompok,” dan “kombatan.” Klaim lain menyebutnya “pemimpin sel unit anti-tank Hamas” serta “pemimpin sel peluncur roket.” Narasi penuh kontradiksi itu disampaikan tanpa upaya untuk terdengar meyakinkan.

Membungkam Media Asing
Jurnalis Palestina dan mantan tahanan, Mohammad Alqeeq, mengatakan kepada Quds News Network bahwa pembunuhan ini bertujuan menakut-nakuti jurnalis asing. “Netanyahu bilang akan izinkan media masuk ke Gaza untuk melihat fakta,” ujarnya. “Pesan utamanya jelas: tidak ada tempat aman, siapa pun yang bersikeras mengatakan kebenaran akan diburu.”

Membunuh Pembawa Pesan
Peneliti urusan ‘Israel’, Mohannad Mustafa, menggambarkan ‘Israel’ sebagai “brutal secara militer namun rapuh secara moral.” Menurutnya, ‘Israel’ sadar justifikasinya tidak meyakinkan, apalagi kondisi Gaza, terutama kampanye kelaparan, menyingkap kelemahan itu. “Anas al-Sharif dan rekan-rekannya menunjukkan kejahatan ini kepada dunia. Netanyahu tampak lemah dalam konferensi pers kemarin. ‘Israel’ memutuskan membunuh kebenaran dan pembawanya.”

Mustafa menambahkan, ‘Israel’ kini memandang semua hal di Gaza dari kacamata keamanan. “Bahkan kelangsungan hidup warga Gaza dianggap ancaman. Bagi ‘Israel’, kebenaran lebih berbahaya daripada pejuang.”

Pengantar ke Kejahatan Lebih Besar
Peneliti Saeed Ziad menyebut pembunuhan ini sebagai “pengantar menuju genosida yang lebih besar terhadap warga Gaza yang masih hidup.” Menurutnya, ‘Israel’ ingin “memutus suara sebelum memulai kejahatan.”

Analis politik Ahmed al-Heila menegaskan ini bagian dari strategi yang lebih luas. “Pendudukan telah membunuh 236 jurnalis di Gaza dalam 22 bulan,” ujarnya. “Dalam Perang Dunia II, hanya sekitar 150 jurnalis yang tewas dalam enam tahun. ‘Israel’ ingin membunuh kebenaran sebelum operasi militernya berikutnya.”

Al-Heila juga menyoroti penargetan sengaja terhadap tenda pers. “Mereka membom jurnalis di al-Shifa untuk menutupi apa yang akan terjadi dalam serangan berikutnya.”

Pembunuhan Anas al-Sharif bukan kebetulan. Itu adalah serangan terencana terhadap mereka yang mendokumentasikan realitas Gaza. Para pakar sepakat: ‘Israel’ yang rapuh ingin menghancurkan cerita dan penceritanya. (zarahamala/arrahmah.id)