NEW YORK (Arrahmah.id) — Tim Pemantau Dukungan Analisis dan Sanksi, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menyubutkan dalam laporan terbarunya bahwa kelompok militan Al Qaeda dan Islamic State (ISIS) sedang memanfaatkan kekacauan yang terjadi di Suriah, khususnya bagian selatan.
Dilansir Long War Journal (31/7/2025), laporan Tim Pemantau PBB juga mencatat bahwa terjadi kesulitan terintegrasinya berbagai kelompok yang memiliki afiliasi ke Al Qaeda ke dalam militer negara Suriah.
Kelompok-kelompok yang berafiliasi pada Al Qaeda seperti Hurras al Din, yang memiliki pandangan yang lebih ekstrem dan berbeda pendapat dengan Presiden Suriah Ahmad asy-Syaraa, akhirnya terlibat kekerasan dengan rezim Suriah sekarang meski tidak seluruh anggotanya terlibat.
Tim Pemantau PBB juga merinci bagaimana, setelah jatuhnya rezim Assad, baik ISIS maupun Al Qaeda memanfaatkan kekacauan dan “menyita persediaan persenjataan berat yang dimiliki oleh pemerintah sebelumnya.”
Para tahanan yang berafiliasi dengan kedua kelompok tersebut juga berhasil melarikan diri dari penjara. Pelarian terakhir terjadi pada bulan Maret, ketika 70 tahanan melarikan diri dari sebuah penjara di Aleppo. Secara total, 500 tahanan yang terkait dengan kedua organisasi tersebut telah dibebaskan sejak jatuhnya rezim Assad.
Laporan Tim Pemantau PBB menilai bahwa ISIS memanfaatkan kondisi keamanan yang berubah-ubah di Republik Arab Suriah, tempat beberapa pemimpin kunci tetap bermarkas, dan mempertahankan hingga 3.000 pejuang di seluruh Irak dan Republik Arab Suriah.”
Menurut laporan tersebut, ISIS “juga mencoba memicu ketegangan sektarian dan menjalankan kampanye multibahasa untuk mendiskreditkan asy syaraa, merekrut beberapa pejuang yang tidak puas dan pejuang asing.
Meskipun Tim Pemantau PBB tidak menyebutkan kelompok-kelompok spesifik yang terkait dengan ISIS, Saraya Ansar al Sunnah—sebuah kelompok yang mengklaim sebagai pecahan dari Hai’ah Tahrir al Sham (HTS), terbukti dengan lantang melakukan perlawanan dan mengkritik keras asy Syaraa.
Laporan tersebut mengklaim bahwa ISIS melakukan lebih dari 90 serangan di seluruh negeri, sebagian besar menargetkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) di timur laut Republik Arab Suriah, tempat sekitar 400 pejuang ISIS masih aktif.
Mengenai Al Qaeda dan afiliasinya, laporan tersebut mengklaim bahwa Hurras al Din memandang keputusan pembubarannya “sebagian besar bersifat simbolis.”
Laporan tersebut menambahkan bahwa kelompok tersebut mempertahankan sekitar 2.000 pejuang.
Para pemimpin kelompok tersebut adalah Samir Hijazi dan Sami al Aridi, yang berada di barat laut Suriah dan telah berkoordinasi dengan pembelot HTS untuk membentuk faksi-faksi baru di Idlib dan pedesaan pesisir.
Laporan tersebut lebih lanjut mengklaim bahwa beberapa anggota Hurras al Din sedang menjajaki relokasi diri ke Afghanistan, Afrika, atau Yaman di bawah kepemimpinan al Qaeda.
Laporan Tim Pemantau PBB juga mengangkat isu pejuang asing yang umlah mereka lebih dari 5.000 orang di Suriah. PBB menyebutkan bahwa mereka masih memiliki ambisi eksternal, tidak puas dengan pendekatan pemerintah sementara, dan mungkin beroperasi di luar kendalinya.
Di luar Partai Islam Turkistan, sebuah kelompok jihadis Uighur yang berafiliasi dengan Al Qaeda yang beroperasi di Afghanistan dan Suriah, yang telah masuk ke dalam tentara Suriah, kelompok independen seperti Katibat al Tawhid wal Jihad, Ajnad al-Kawkaz, Ansar al-Tawhid, Ansar al-Islam, Ansar al-Din, dan Katibad al-Ghoraba al-Faransiya merupakan kelompok-kelompok yang diduga kuat melakukan operasi di luar kemauan rezim Suriah saat ini. (hanoum/arrahmah.id)