GAZA (Arrahmah.id) – Dua jurnalis Palestina, Anas al-Sharif dan Mohammed Qraiqea, gugur dalam serangan udara ‘Israel’ yang menghantam tenda wartawan di dekat rumah sakit, menurut laporan Al Jazeera yang mengutip keterangan Direktur Kompleks Medis Al-Shifa.
Al Jazeera juga melaporkan, serangan itu menewaskan dua juru kamera, Ibrahim Zaher dan Mohammed Noufal.
Direktur rumah sakit mengatakan, serangan dilakukan oleh drone ‘Israel’. Para jurnalis yang berada di lokasi tersebut meyakini tempat itu aman karena berada tepat di sisi Kompleks Al-Shifa. Ia menambahkan, tembakan artileri ‘Israel’ juga menghantam gerbang utama rumah sakit.
Dalam pernyataan resmi yang dikeluarkan tak lama setelah serangan, tentara pendudukan ‘Israel’ mengakui bahwa al-Sharif memang menjadi target.
Siapa Anas al-Sharif?
Al-Sharif (28), berasal dari kamp pengungsi Jabaliya di Jalur Gaza utara, wilayah yang sejak 7 Oktober 2023 terus menjadi sasaran serangan tank, pesawat tempur, dan drone ‘Israel’.
Lulusan Fakultas Media Universitas Al-Aqsa di Kota Gaza ini bekerja untuk Al Jazeera, dengan spesialisasi peliputan radio dan televisi.
Ia juga aktif di media sosial, memanfaatkan Instagram dan X untuk membagikan rekaman dan pembaruan langsung dari Gaza, memberikan dunia pandangan tanpa filter tentang realitas genosida yang sedang berlangsung.
Pada 2018, ia meraih penghargaan Jurnalis Muda Terbaik Palestina berkat liputannya di Gaza. Namun, ia dan keluarganya kerap menjadi sasaran ancaman dan intimidasi dari Israel.
Al-Sharif pernah selamat dari berbagai ancaman, termasuk panggilan telepon dari tentara ‘Israel’ yang memerintahkannya berhenti meliput. Pada Desember 2023, ayahnya yang berusia 90 tahun tewas dalam serangan udara ‘Israel’, hanya beberapa pekan setelah ancaman itu dilontarkan.
Peringatan dari CPJ
Kematian al-Sharif terjadi kurang dari dua pekan setelah Committee to Protect Journalists (CPJ) memperingatkan bahwa nyawanya berada dalam bahaya serius akibat ancaman berulang dari juru bicara militer ‘Israel’ berbahasa Arab, Avichay Adraee.
“Kami sangat prihatin atas ancaman berulang yang dilontarkan Avichay Adraee terhadap koresponden Al Jazeera di Gaza, Anas al-Sharif, dan menyerukan komunitas internasional untuk melindunginya,” ujar Direktur Regional CPJ, Sara Qudah, pada 26 Juli.
“Ini bukan pertama kalinya Al-Sharif menjadi target militer ‘Israel’. Namun kali ini, ancaman terhadap nyawanya semakin nyata. ‘Israel’ telah membunuh sedikitnya enam jurnalis Al Jazeera di Gaza sejak perang ini dimulai. Tuduhan terbaru yang tidak berdasar ini adalah upaya untuk membenarkan pembunuhan al-Sharif,” lanjutnya.
Kepada CPJ, al-Sharif mengaku ancaman tersebut adalah “ancaman nyata,” dan ia memandangnya sebagai upaya untuk “membunuh saya secara moral” sebelum membunuhnya secara fisik.
“Semua ini terjadi karena liputan saya tentang kejahatan pendudukan ‘Israel’ di Gaza merugikan mereka dan merusak citra mereka di mata dunia,” katanya. “Mereka menuduh saya sebagai teroris karena ingin membunuh saya secara moral.”
“Ancaman ini adalah hasutan yang jelas dan upaya untuk membungkam suara saya, baik dengan bom maupun pembunuhan karakter. Tapi saya tidak akan berhenti menyampaikan kebenaran,” pungkasnya. (zarahamala/arrahmah.id)