DAKAR (Arrahmah.id) — Kelompok militan Jama’at Nusrat al-Islam wal-Muslimin (JNIM) yang berafiliasi dengan Al Qaeda telah membakar dan menghancurkan sekitar 100 truk pengangkut bahan bakar ke ibu kota Mali dalam beberapa hari terakhir, ungkap sebuah serikat pekerja lokal (16/9/2025).
“Sekitar 100 truk tangki telah dibakar selama dua akhir pekan terakhir,” ujar seorang pejabat Dewan Nasional Pengusaha Mali kepada The Associated Press (17/9).
Truk-truk bahan bakar tersebut diserang di dekat kota Kayes, dekat perbatasan dengan Senegal, kata pejabat tersebut, yang berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak diizinkan untuk berbicara mengenai masalah tersebut.
JNIM mengatakan dalam sebuah pernyataan video bahwa kelompok tersebut menargetkan para pengemudi truk karena tidak mematuhi perintah mereka.
Tentara Mali mengonfirmasi bahwa personelnya menjadi sasaran “serangan teroris” saat mereka mengawal truk-truk bahan bakar ke ibu kota Bamako, tetapi tidak memberikan rincian mengenai kerusakan yang terjadi.
Operator lain di sektor bahan bakar dan transportasi Mali mengatakan terdapat ratusan pengemudi truk bahan bakar di perbatasan Senegal dan di wilayah lain negara tersebut yang menunggu pengawalan militer dan menunggu situasi keamanan membaik di sepanjang jalan menuju Bamako.
“Biasanya ada lebih dari 100 truk tangki bahan bakar yang memasuki Mali dari Senegal setiap hari. Semua lalu lintas ini macet hari ini,” kata seorang importir bahan bakar, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya demi keselamatannya.
Video viral yang tampaknya berasal dari lokasi serangan menunjukkan beberapa truk tangki bahan bakar yang terbengkalai terbakar di sepanjang jalan.
Dalam sebuah pernyataan di media sosial pada hari Selasa, Perdana Menteri Mali, Mayor Jenderal Abdoulaye Maïga, berbicara tentang “peristiwa yang disesalkan” tanpa menjelaskan secara spesifik tentang blokade tersebut.
“Ketahuilah bahwa setiap kali seorang putra negara gugur di medan perang, itu adalah sebuah drama,” tambahnya.
Bagi negara yang sangat bergantung pada impor bahan bakar, para analis dan warga telah menyatakan kekhawatiran bahwa blokade yang berkepanjangan akan mengakibatkan kekurangan bahan bakar di Bamako dan lonjakan biaya.
“JNIM menggunakan blokade untuk menekan operator komersial dan warga agar menjauhkan diri dari otoritas militer, sehingga melemahkan legitimasi dan otoritas pemerintah,” kata Beverly Ochieng, seorang analis di firma konsultan Control Risks Group. (hanoum/arrahmah.id)