GAZA (Arrahmah.id) – Jurnalis Palestina Mariam Abu Daqqa gugur pada Senin (25/8/2025) dalam serangan ‘Israel’ yang disengaja dan disiarkan langsung ke Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan. Dalam tragedi itu, ia gugur bersama empat rekannya sesama jurnalis dan 15 orang lainnya.
Mariam dikenal sebagai wartawan yang bekerja untuk berbagai media, termasuk Independent Arabia dan Associated Press (AP).
Beberapa waktu sebelum wafat, Mariam menulis sepucuk surat kepada putra tunggalnya, Ghaith. Surat itu kemudian dibagikan rekan-rekan seprofesinya di media sosial. Isinya begitu menggetarkan hati:
“Ghaith, engkau adalah hati dan jiwa ibumu.
Doakan aku, tapi jangan menangis, agar aku bisa beristirahat dengan tenang.
Banggakan aku dengan belajarmu yang sungguh-sungguh, raih keberhasilanmu, dan jadilah pemuda yang cakap. Bangun masa depanmu, jadilah seorang pengusaha terhormat.
Anakku tersayang, jangan pernah lupakan aku. Semua yang kulakukan hanya demi melihatmu bahagia dan tercukupi.
Dan kelak, jika tiba waktumu menikah lalu dikaruniai seorang putri, beri dia nama Mariam, seperti namaku.
Engkau adalah cintaku, kekuatanku, kebanggaanku, sekaligus kebahagiaanku. Jalani hidupmu dengan bermartabat, dan biarkan setiap perbuatanmu menjadi kehormatan untuk mengenangku.
Yang paling penting, Ghaith: jangan pernah tinggalkan shalat. Shalat adalah sumber kekuatanmu.
Dengan sepenuh cinta,
Ibumu, Mariam.”
Mariam gugur setelah hampir dua tahun berpisah dengan putranya, dalam kerinduan panjang untuk sekadar memeluk dan menciumnya kembali. (zarahamala/arrahmah.id)