1. News
  2. Internasional

Italia Tarik Kapal Perang dari Armada Global Sumud, Aktivis: “Jelas Memihak ‘Israel’”

Zarah Amala
Rabu, 1 Oktober 2025 / 9 Rabiul akhir 1447 11:15
Italia Tarik Kapal Perang dari Armada Global Sumud, Aktivis: “Jelas Memihak ‘Israel’”
Sekelompok kapal dari Armada Keteguhan saat berlabuh di selatan Kreta beberapa hari yang lalu (AFP)

ROMA (Arrahmah.id) – Italia pada Selasa (30/9/2025) meminta para peserta Armada Global Sumud yang sedang berlayar menuju Jalur Gaza untuk segera menghentikan pelayaran mereka. Pemerintah juga memutuskan menarik kembali fregat militernya yang semula ditugaskan untuk mengawal armada tersebut. Langkah ini langsung menuai kritik dari para aktivis yang menyebutnya sebagai bentuk keberpihakan terang-terangan kepada ‘Israel’.

Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni menyatakan bahwa kelanjutan perjalanan armada itu bisa menjadi “penghalang bagi perdamaian.”

Kementerian Pertahanan Italia menegaskan fregat mereka hanya akan mengawal sampai armada mencapai jarak 150 mil laut dari Gaza. Setelah itu, kapal perang akan mundur untuk menghindari gesekan diplomatik dengan ‘Israel’. Dalam pernyataan resminya, kementerian juga memperingatkan para aktivis agar tidak meneruskan pelayaran ke arah Gaza.

Menurut rencana, kapal perang tersebut akan mengeluarkan dua peringatan terakhir, dengan yang kedua dijadwalkan tepat tengah malam waktu GMT, sebelum benar-benar menarik diri. “Seperti sudah diumumkan sejak beberapa hari lalu,” tulis pernyataan itu.

Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto bahkan memperkirakan armada akan dicegat di laut lepas dan para aktivis ditangkap. Ia melontarkan “seruan terakhir” agar mereka menerima usulan kompromi: menyerahkan bantuan kemanusiaan di Siprus. Namun, pihak armada menolak tawaran tersebut.

Sikap para aktivis

Juru bicara armada, Maria Elena Delia, mengatakan para aktivis sudah diberi tahu soal keputusan pemerintah Italia menarik kapal perangnya, tetapi mereka menolak tunduk pada peringatan tersebut.

Dalam pernyataan resmi, para penyelenggara menuduh pemerintah Italia berupaya menggagalkan misi kemanusiaan mereka untuk menembus blokade Gaza. Mereka menyebut sikap Italia sebagai “sabotase langsung” sekaligus “bukti keberpihakan pada ‘Israel’,” bahkan menuduh Roma bertindak sebagai kepanjangan tangan Tel Aviv alih-alih melindungi relawan.

Delia menambahkan, para aktivis sepenuhnya sadar dengan risiko yang dihadapi dan tidak akan mundur dari tujuan mematahkan blokade. Ia juga mengaku para peserta sudah bersiap menghadapi “serangan dalam waktu dekat.”

Kesiapan ‘Israel’

Media ‘Israel’ Walla melaporkan, seorang pejabat keamanan memperkirakan armada protes itu akan mencapai kawasan sekitar Gaza pada Kamis (2/10). Menurut sumber itu, Angkatan Laut ‘Israel’ dan lembaga keamanan lain sudah siaga penuh menghadapi kemungkinan konfrontasi.

Pekan lalu, Italia dan Spanyol mengirimkan dua kapal untuk mendampingi armada setelah sebelumnya mereka diserang dengan drone di perairan Yunani. Drone tersebut menjatuhkan bom suara dan bahan iritan. ‘Israel’ tidak menanggapi tuduhan terlibat, tetapi kembali menegaskan siap menggunakan “segala cara” untuk mencegah kapal-kapal itu tiba di Gaza, dengan alasan blokade “sah” dalam kerangka perang melawan Hamas.

Sementara itu, lembaga penyiaran ‘Israel’ melaporkan militer sudah mempersiapkan rencana untuk menguasai kapal-kapal armada di laut lepas, termasuk opsi memindahkan para aktivis ke kapal perang besar karena jumlah kapal yang terlibat sangat banyak.

Armada Keteguhan

Armada Keteguhan terdiri dari gabungan Freedom Flotilla, Global Gaza Movement, Convoy of Defiance, serta organisasi Malaysia Nusantara Resilience. Mereka membawa lebih dari 500 aktivis dari 40 negara dengan menggunakan 50 kapal, sarat muatan bantuan kemanusiaan.

Inilah pertama kalinya puluhan kapal berlayar bersama menuju Gaza, wilayah dengan 2,4 juta penduduk yang telah berada di bawah blokade ‘Israel’ selama hampir 18 tahun. Sejak 2 Maret lalu, ‘Israel’ memperketat blokade dengan menutup semua jalur masuk, menghentikan distribusi makanan, obat-obatan, maupun bantuan lain. Akibatnya, Gaza terjerumus ke dalam kelaparan massal meski truk bantuan menumpuk di perbatasan.

Dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat, ‘Israel’ terus melanjutkan agresinya sejak 7 Oktober 2023. Kementerian Kesehatan Gaza mencatat sedikitnya 66.097 warga tewas dan lebih dari 168.536 luka-luka, mayoritas perempuan dan anak-anak. (zarahamala/arrahmah.id)