1. News
  2. Internasional

Istana Elysee Gegerkan ‘Israel’, 10 Negara akan Kompak Akui Palestina

Zarah Amala
Sabtu, 20 September 2025 / 28 Rabiul awal 1447 10:30
Istana Elysee Gegerkan ‘Israel’, 10 Negara akan Kompak Akui Palestina
Macron: Mengakui Negara Palestina adalah bagian dari rencana perdamaian komprehensif yang menjamin keamanan dan perdamaian bagi 'Israel' dan Palestina (Reuters)

GAZA (Arrahmah.id) – Istana Kepresidenan Prancis pada Jumat (19/9/2025) memperingatkan bahwa rencana ‘Israel’ mencaplok Tepi Barat yang diduduki adalah garis merah. Di saat yang sama, Presiden Emmanuel Macron mengumumkan tekadnya untuk mengakui Negara Palestina, menambah ketegangan antara Paris dan Tel Aviv.

Dalam unggahan di X, Macron menegaskan bahwa pengakuan terhadap Palestina adalah bagian dari rencana perdamaian menyeluruh yang menjamin keamanan dan kedamaian bagi rakyat ‘Israel’ maupun Palestina.

Peringatan keras Prancis soal Tepi Barat muncul setelah sejumlah pejabat ‘Israel’ dalam beberapa pekan terakhir mengancam akan melakukan aneksasi sebagai respons terhadap langkah beberapa negara Barat, termasuk Prancis yang hendak mengakui Negara Palestina.

Seorang penasihat presiden Prancis mengungkapkan bahwa “10 negara yang memutuskan mengakui Palestina” akan ikut serta dalam konferensi di New York pada Senin mendatang, bertepatan dengan sidang Majelis Umum PBB. Negara-negara itu adalah: Prancis, Inggris, Australia, Kanada, Belgia, Luksemburg, Portugal, Malta, Andorra, dan San Marino.

Dalam konferensi tersebut, Macron dijadwalkan menyampaikan pidato resmi pengakuan Negara Palestina, bersama Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman yang akan berbicara melalui sambungan video.

Rencana pengakuan Palestina ini memicu kemarahan ‘Israel’, yang menilainya sebagai “hadiah” bagi Hamas atas serangan 7 Oktober 2023, padahal saat ini perang masih berlangsung dengan kondisi kemanusiaan di Gaza kian memburuk.

Dalam wawancara dengan Channel 12 Israel, Macron mengatakan pembangunan permukiman di Tepi Barat justru menunjukkan bahwa tujuan ‘Israel’ bukan sekadar menghancurkan Hamas, melainkan menggagalkan solusi dua negara. Ia juga menambahkan, jika operasi militer ‘Israel’ di Gaza terus berlanjut atas keputusan pemerintah, maka dunia harus mempertimbangkan opsi menjatuhkan sanksi terhadap ‘Israel’.

Macron menegaskan, serangan brutal di Gaza telah menimbulkan korban tewas dan luka dalam jumlah besar hingga merusak citra dan kredibilitas ‘Israel’ di mata dunia. Karena itu, menurutnya, pengakuan terhadap hak rakyat Palestina atas sebuah negara adalah jalan terbaik untuk mengisolasi Hamas.

Respons ‘Israel’

Situs Politico mengutip pejabat Eropa yang mengatakan ‘Israel’ tengah menyiapkan sejumlah opsi untuk membalas langkah Prancis dan negara-negara lain yang mengakui Palestina. Opsi itu termasuk mempercepat pencaplokan Tepi Barat, menutup konsulat Prancis di Yerusalem, hingga “menyasar tanah milik Prancis di ‘Israel’ seperti situs ziarah Kristen Eliona.”

Namun Prancis tak tinggal diam. Seorang diplomat Prancis yang dikutip Le Figaro menegaskan bahwa Paris siap merespons dengan langkah serupa jika ‘Israel’ menutup konsulatnya di Yerusalem. Karena sanksi formal sulit dilakukan akibat oposisi Jerman dan Hungaria, salah satu opsi yang kini dipertimbangkan adalah mengusir diplomat ‘Israel’ dari Paris.

Patut diingat, pada akhir Juli lalu, Macron sudah menyatakan bahwa Prancis akan mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB yang berlangsung 9–23 September. Setelah itu, lebih dari 12 negara Barat, termasuk Australia, Inggris, dan Kanada, mengumumkan rencana serupa.

Sejak 7 Oktober 2023, ‘Israel’ dengan dukungan penuh Amerika Serikat terus melancarkan perang pemusnahan terhadap penduduk Gaza: membunuh, menghalangi bantuan pangan, menghancurkan infrastruktur, hingga mengusir warga secara paksa. Semua itu dilakukan dengan mengabaikan desakan internasional dan perintah Mahkamah Internasional untuk menghentikan agresi. (zarahamala/arrahmah.id)