TEL AVIV (Arrahmah.id) — Ratusan ribu warga ‘Israel’ turun ke jalan di berbagai kota di seluruh negeri, menuntut pemerintah segera mengakhiri operasi militer di Gaza dan memulangkan para sandera yang masih ditahan kelompok perlawanan Palestina Hamas.
Di Lapangan Sandera Tel Aviv, bendera ‘Israel’ dan potret para sandera berkibar dalam aksi rutin para pengunjuk rasa. Massa juga memblokade beberapa jalan utama, termasuk jalur penghubung Tel Aviv–Yerusalem, dengan membakar ban sehingga menimbulkan kemacetan panjang dan membuat lumpuh keadaan sekitar.
Penyelenggara aksi dan kelompok aktivis keluarga sandera menyerukan pemogokan umum pada Ahad (17/8/2025), hari pertama dalam sepekan di ‘Israel’. Banyak bisnis di kota-kota besar memilih tutup sebagai bentuk dukungan.
“Saya pikir sudah waktunya mengakhiri perang dan membebaskan semua sandera. ‘Israel’ harus pulih dan bergerak menuju Timur Tengah yang lebih stabil,” kata Doron Wilfand (54), salah satu pengunjuk rasa, dikutip dari Al Jazeera (18/8).
Kelompok Forum Sandera dan Orang Hilang mengumumkan bahwa mereka akan “menutup negara hari ini” dengan slogan: Bawa para sandera kembali, hentikan perang. Mereka berencana mendirikan tenda protes di dekat perbatasan Gaza dan bersumpah tidak akan berhenti berjuang.
“Jika kita tidak membawa mereka kembali sekarang, kita akan kehilangannya selamanya,” tegas kelompok tersebut.
Aksi juga digelar di Beeri, kawasan dekat perbatasan Gaza yang menjadi salah satu titik serangan paling parah oleh Hamas pada Oktober 2023. Media ‘Israel’ melaporkan demonstrasi serupa terjadi di banyak lokasi lain di seluruh negeri.
Dalam pidatonya di Tel Aviv, Presiden ‘Israel’ Isaac Herzog menyatakan pemerintah berkomitmen memulangkan para sandera secepat mungkin, sekaligus meminta tekanan internasional kepada Hamas.
Namun, aksi ini ditentang oleh sejumlah pejabat garis keras ‘Israel’. Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyebut protes itu sebagai kampanye sesat yang merugikan ‘Israel’ dan menguntungkan Hamas.
Menteri Kebudayaan Miki Zohar menambahkan bahwa pemblokiran jalan dan gangguan publik adalah kesalahan serius dan hadiah bagi musuh.
Polisi ‘Israel’ meningkatkan pengamanan dan menegaskan tidak akan menoleransi aksi yang mengganggu ketertiban umum.
Protes besar ini terjadi setelah kabinet ‘Israel’ menyetujui rencana menduduki Kota Gaza guna mengalahkan Hamas sepenuhnya. Konflik Gaza, yang pecah sejak Oktober 2023, bermula dari serangan mendadak Hamas di ‘Israel’ selatan yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera 251 orang.
Saat ini diperkirakan masih ada 49 sandera di Gaza, termasuk 27 yang menurut militer ‘Israel’ telah meninggal. Kementerian Kesehatan Gaza yang dikuasai Hamas melaporkan hampir 62.000 korban jiwa akibat konflik hingga kini.
Video terbaru yang dirilis Hamas menunjukkan dua sandera dalam kondisi kurus dan kelelahan, memicu kekhawatiran mendalam akan nasib para tawanan. (hanoum/arrahmah.id)