1. News
  2. Internasional

‘Israel’ Lumpuh, Mogok Nasional untuk Desak Pertukaran Tahanan dengan Hamas

Zarah Amala
Diperbaru: Senin, 18 Agustus 2025 / 24 Safar 1447 14:40
‘Israel’ Lumpuh, Mogok Nasional untuk Desak Pertukaran Tahanan dengan Hamas
Pemogokan umum nasional melumpuhkan 'Israel', ribuan orang berunjuk rasa untuk menekan pemerintah agar melakukan kesepakatan pertukaran sandera dengan Hamas dan mengakhiri perang yang sedang berlangsung di Gaza (media sosial/x)

GAZA (Arrahmah.id) – Pada Ahad (17/8/2025), ‘Israel’ mendadak berhenti berdenyut. Mogok nasional yang dipicu oleh keluarga para tawanan ‘Israel’ di Gaza berhasil melumpuhkan hampir seluruh negeri. Jalanan ditutup, bisnis tutup, universitas ikut turun tangan, bahkan laut pun dipenuhi kapal protes.

Keluarga tawanan menyerukan berhentinya perang Gaza dan menuntut pemerintah segera melakukan pertukaran tahanan dengan Hamas. “Kami sudah membayar harga terlalu mahal. Jangan biarkan lebih banyak keluarga hancur,” begitu bunyi pernyataan mereka.

Mereka bahkan mendirikan tenda protes di perbatasan Gaza dan bertekad tidur di sana hingga tuntutan mereka dipenuhi.

Gelombang Aksi di Seluruh Negeri

Menurut media ‘Israel’, protes pecah di 350 lokasi. Ribuan orang memblokir jalan-jalan utama, termasuk Jalan Mordechai Namir di Tel Aviv dan Highway 1 menuju Yerusalem. Di Tel Aviv, “Hostages Square” menjadi pusat demonstrasi terbesar, sementara di Haifa, Galilea, hingga Negev, massa juga memenuhi jalanan.

Bahkan akademisi dari Tel Aviv University ikut turun, menutup jalan utama. Ratusan aktivis perempuan memblokir Ayalon Street. Polisi melaporkan setidaknya 5 orang ditangkap.

Sebuah survei Maariv mengungkap bahwa 56% warga ‘Israel’ mendukung aksi ini (16% ikut mogok, 40% setuju meski tidak ikut). Hanya 29% yang menolak.

Tak hanya itu, ratusan pemerintah daerah, organisasi sipil, dan perusahaan juga memberi izin pegawainya ikut serta. Kerugian ekonomi akibat aksi ini ditaksir mencapai miliaran shekel, tanda bahwa masyarakat serius menekan pemerintah.

Netanyahu Terjepit

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kini menghadapi tekanan paling besar sejak perang Gaza dimulai. Kritikus keras seperti Yair Golan (Demokrat) menuduh Netanyahu “berbohong seperti bernapas” dan mempertaruhkan masa depan ‘Israel’ demi kekuasaan dengan janji “kemenangan mutlak” yang kian mustahil.

Netanyahu dihadapkan pada pilihan, mengalah pada tuntutan publik dan membuka jalan negosiasi dengan Hamas, atau bertahan pada perang berkepanjangan, yang semakin memicu perpecahan internal, tekanan ekonomi, dan isolasi internasional.

Menurut estimasi Tel Aviv, Hamas masih menahan sekitar 50 tawanan ‘Israel’, 20 di antaranya diyakini masih hidup. Di sisi lain, lebih dari 10.800 warga Palestina mendekam di penjara ‘Israel’, banyak yang mengalami penyiksaan, kelaparan, hingga kematian akibat kelalaian medis.

Banyak analis menyebut mogok nasional ini sebagai titik balik. Keluarga tawanan berhasil mengubah penderitaan pribadi menjadi isu nasional. Mereka kini bukan lagi sekadar korban, tetapi kekuatan politik yang mampu mengguncang stabilitas pemerintahan.

‘Israel’ kini ada di persimpangan jalan: memilih kesepakatan pertukaran tahanan dan mengakhiri perang, atau terus mempertahankan perang yang bisa memperdalam krisis politik, ekonomi, dan sosial. (zarahamala/arrahmah.id)