1. News
  2. Internasional

‘Israel’ Kesulitan Cari Pasukan Cadangan untuk Serangan Baru di Gaza

Zarah Amala
Rabu, 3 September 2025 / 11 Rabiul awal 1447 11:03
‘Israel’ Kesulitan Cari Pasukan Cadangan untuk Serangan Baru di Gaza
'Israel' krisis pasukan cadangan, banyak yang menolak kembali ke Gaza (Al Jazeera)

GAZA (Arrahmah.id) – Militer ‘Israel’ tengah “berjuang” untuk menemukan cukup banyak tentara cadangan yang bersedia bertugas, dengan banyak yang mempertanyakan tujuan operasi militer berkelanjutan di Gaza, menurut Wall Street Journal.

Hal ini terjadi ketika ‘Israel’ berusaha memanggil 60.000 tentara cadangan untuk ofensif baru di Kota Gaza, dengan menggunakan “cara-cara tidak biasa untuk mencari cukup banyak orang,” sebut laporan itu.

Seorang komandan bahkan menulis di sebuah grup WhatsApp mahasiswa universitas ‘Israel’: “Saya mencari prajurit tempur, terutama tenaga medis dan penembak jitu, untuk operasi selama 70 hari mulai 11 September.”

Namun, dengan banyak jajak pendapat yang menunjukkan hingga 80 persen publik ‘Israel’ menginginkan pemerintah menyetujui kesepakatan gencatan senjata, serta meningkatnya ketidakpuasan terhadap operasi militer di Gaza, kekurangan tentara cadangan semakin terasa dalam beberapa bulan terakhir.

Seorang komandan unit dilaporkan membuat formulir daring agar tentara cadangan bisa menandai tanggal-tanggal kapan mereka tidak tersedia.

Formulir itu memungkinkan mereka memberi peringkat pentingnya izin cuti dari skala 1 hingga 5. Untuk meringankan beban, pasukan juga akan mengikuti model baru yang lebih fleksibel: bertugas satu pekan, lalu libur satu pekan, selama tur 90 hari, yang baru saja diperpanjang.

Selain 60.000 tentara yang sedang dipanggil, militer juga berencana memperpanjang masa dinas 20.000 tentara cadangan aktif.

“Mati untuk Sesuatu yang Sia-Sia”

Seorang pejabat militer mengatakan operasi di Kota Gaza sebagian besar akan melibatkan tentara wajib militer yang sedang menyelesaikan masa tiga tahun dinas mereka. Sementara beberapa tentara cadangan akan ditugaskan di Gaza, yang lainnya akan menggantikan prajurit di Suriah, Lebanon, dan Tepi Barat yang diduduki.

Seorang sersan mayor, yang telah bertugas selama 400 hari sejak 7 Oktober, mengatakan ia sampai percaya bahwa “orang-orang mati untuk sesuatu yang sia-sia, dan Netanyahu memperpanjang perang demi kelangsungan politiknya sendiri.”

Ia juga menambahkan bahwa Hamas “tidak bisa sepenuhnya dihancurkan karena cara mereka menjalankan perang gerilya.”

Istri seorang komandan cadangan mengatakan akumulasi 580 hari dinas suaminya membuatnya pulang dalam “keadaan syok setelah harus mengidentifikasi jenazah rekannya yang bunuh diri.”

Dalit Kislev Spektor mengatakan banyak pria di unit suaminya yang beranggotakan 150 orang “kehilangan pekerjaan, bercerai, atau mengalami kehancuran finansial akibat dinas berkepanjangan.”

“Perilaku Tidak Bermoral”

Laporan itu mencatat bahwa biasanya tentara cadangan hanya bertugas beberapa pekan per tahun hingga usia 40 atau 45, tergantung posisi, dan bahkan bisa mendapatkan pengecualian dari dinas meski secara hukum bersifat wajib.

Seorang prajurit teknik tempur mengatakan masa dinasnya baru saja diperpanjang hingga akhir November, sebuah langkah yang telah memengaruhi motivasinya serta motivasi rekan-rekannya.

Sekelompok tentara cadangan juga menyebut alasan ideologis, termasuk “perilaku tidak bermoral,” sebagai alasan mereka enggan kembali bertugas.

Seorang prajurit menyebut bahwa komandannya melaporkan pasukannya “secara tidak sengaja” menembak tiga perempuan Palestina, menewaskan satu di antaranya, lalu meminta izin untuk “membuang perempuan yang terluka ke zona kemanusiaan.” Ia menambahkan bahwa seorang komandan senior menyetujui permintaan itu, dan ia merasa “terkejut dengan cara santai masalah itu dibicarakan.” (zarahamala/arrahmah.id)