GAZA (Arrahmah.id) – Pasukan ‘Israel’ kembali menyerang Rumah Sakit al-Ahli di Gaza City pada malam hingga Ahad dini hari (17/8/2025) melalui serangan drone, menewaskan sedikitnya tujuh warga sipil dan menyebabkan kerusakan luas.
Serangan itu menghantam halaman rumah sakit dan bukan kali pertama fasilitas medis tersebut menjadi target tentara ‘Israel’.
Serangan terhadap rumah sakit ini terjadi di saat sedikitnya enam warga lain yang tengah mencari bantuan di Gaza juga tewas akibat tembakan ‘Israel’ di dekat poros Morag, Gaza selatan.
Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan bahwa dalam 24 jam terakhir, 11 warga Palestina lainnya meninggal akibat kelaparan yang disebabkan oleh pembatasan bantuan ‘Israel’. Total korban meninggal dunia akibat malnutrisi dan kelaparan sejak Oktober 2023 kini mencapai 251 orang, termasuk 108 anak-anak.
Dalam sebuah pernyataan, kantor media pemerintah Gaza mengecam kebijakan ‘Israel’ yang disebut sebagai “rekayasa kelaparan dan pembunuhan perlahan terhadap lebih dari 2,4 juta penduduk Gaza, termasuk lebih dari 1,2 juta anak Palestina, sebagai sebuah kejahatan genosida yang utuh.”
“Lebih dari 40.000 bayi (di bawah usia satu tahun) saat ini menderita malnutrisi parah, dan hidup mereka terancam oleh kematian bertahap,” lanjut pernyataan itu.
Sementara itu, rencana pemindahan paksa warga Palestina terus dijalankan. Tentara ‘Israel’ meningkatkan serangan udara di Gaza City bagian utara setelah mengumumkan rencana untuk mengambil alih wilayah tersebut dan memindahkan lebih dari satu juta warga Palestina ke zona konsentrasi di bagian selatan Jalur Gaza.
Beberapa hari terakhir, pasukan ‘Israel’ membombardir Gaza City dengan sangat intens. Warga yang tinggal di sana tidak bisa melarikan diri karena tidak ada lagi tempat yang aman.
Tentara ‘Israel’ mengatakan bahwa dalam rencana pemindahan tersebut, warga Palestina akan diberi tenda untuk pindah ke kamp konsentrasi. Pengumuman ini muncul hanya sehari setelah kabinet keamanan ‘Israel’ menyetujui rencana untuk menduduki Gaza City.
PBB menyebut sekitar 86 persen wilayah Gaza kini sudah berada di bawah zona militer ‘Israel’ atau perintah pengusiran, memicu kecaman luas terhadap tindakan pemerintah ‘Israel’.
Hamas mengecam keras rencana ini serta pernyataan sejumlah pejabat ‘Israel’. Mereka menyebut komentar terbaru mantan kepala intelijen Aharon Haliva sebagai “pengakuan eksplisit atas doktrin genosida ‘Israel’.”
Pernyataan Haliva yang bocor ke media ‘Israel’ Channel 12 memperdengarkan dirinya berkata: “Untuk setiap orang yang tewas pada 7 Oktober, 50 orang Palestina harus mati.” Ia juga menambahkan bahwa pembunuhan terhadap warga Palestina adalah “hal yang diperlukan demi generasi mendatang” dan bahwa “mereka perlu mengalami Nakba dari waktu ke waktu agar merasakan harganya.”
Hamas menanggapi dengan mengatakan: “Seruan Haliva untuk membunuh 50 orang Palestina untuk setiap warga ‘Israel’, tanpa memandang apakah mereka anak-anak atau perempuan, adalah kebijakan kriminal yang sistematis.”
Sejak Oktober 2023, perang ‘Israel’ di Gaza telah menewaskan lebih dari 61.800 warga Palestina, yang oleh pakar PBB dan organisasi HAM terkemuka dinyatakan sebagai tindakan genosida. (zarahamala/arrahmah.id)