1. News
  2. Internasional

‘Israel’ Jadikan Pohon Zaitun Target Perang: 10 Ribu Dicabut dalam Tiga Hari

Zarah Amala
Jumat, 29 Agustus 2025 / 6 Rabiul awal 1447 11:15
‘Israel’ Jadikan Pohon Zaitun Target Perang: 10 Ribu Dicabut dalam Tiga Hari
Penulis mengatakan bahwa tentara pendudukan meratakan tanah dan mencabut ribuan pohon zaitun (Reuters)

GAZA (Arrahmah.id) – Sebuah laporan yang diterbitkan oleh situs Amerika Mondoweiss menyoroti kebijakan hukuman kolektif yang diterapkan ‘Israel’ terhadap desa Palestina Al-Mughayir, timur laut Ramallah. Dalam aksi ini, tentara ‘Israel’ mencabut sekitar 10 ribu pohon zaitun selama pengepungan tiga hari.

Penulis laporan, Qassam Maadi, menjelaskan bahwa ‘Israel’ menghancurkan kebun-kebun zaitun di desa tersebut, padahal produksi minyak zaitun merupakan sumber penghasilan utama bagi sebagian besar keluarga.

Pada Kamis (27/8/2025), pasukan ‘Israel’ memberlakukan jam malam total di desa, melakukan penggeledahan rumah-rumah, dan menangkap sejumlah warga, termasuk kepala dewan desa, Amin Abu Alia.

Pengepungan itu disebut sebagai respons atas laporan adanya serangan terhadap seorang pemukim ‘Israel’ di dekat desa. Tak lama kemudian, buldoser tentara ‘Israel’ mencabut sekitar 10 ribu pohon zaitun dari dataran timur desa, menurut Asosiasi Petani setempat. Beberapa di antaranya bahkan berusia lebih dari 100 tahun.

Militer ‘Israel’ beralasan bahwa jam malam dan penghancuran lahan dilakukan untuk menangkap pelaku serangan. Namun, surat kabar Haaretz mengutip seorang pejabat militer senior yang mengatakan bahwa “pencabutan pohon dilakukan untuk menciptakan efek jera, bukan hanya bagi desa ini, tapi bagi desa mana pun yang berani melawan para pemukim.”

Pejabat itu menambahkan: “Setiap desa harus tahu bahwa jika melakukan serangan, mereka akan membayar harga mahal, akan dikenai jam malam dan pengepungan.”

Penulis laporan juga mengingatkan bahwa desa Al-Mughayir telah menjadi target serangan berulang dari tentara dan pemukim ‘Israel’ dalam dua tahun terakhir. Pemukim pernah merusak lahan pertanian, menghancurkan rumah, hingga membunuh salah seorang warga yang berusaha mempertahankan rumahnya.

Pencabutan pohon kali ini mencakup area seluas 4 kilometer persegi, yang mewakili hampir separuh produksi zaitun desa. Selain itu, akses warga ke tanah pertanian mereka semakin dibatasi, terutama di wilayah timur, hingga akhirnya kawasan tersebut sepenuhnya dilarang untuk orang Palestina.

Sejak Oktober 2023, serangan pemukim terhadap desa-desa Palestina di Tepi Barat meningkat tajam, mendorong pengusiran puluhan keluarga Badui dan mengosongkan wilayah pedesaan dari keberadaan Palestina.

Dalam beberapa bulan terakhir, pemukim dan tentara ‘Israel’ juga menargetkan desa-desa yang berada di sepanjang jalur jalan pemukim, dengan membatasi gerak warga Palestina dan mencegah mereka mengakses tanah pertanian.

Seorang petani lokal, Faiz Jabr, mengatakan bahwa ribuan pohon dicabut di area seluas 4 kilometer persegi. Dampaknya, seluruh keluarga di desa terkena imbasnya. Ia menambahkan bahwa sebelumnya, empat bulan lalu, tentara juga mencabut 80 pohon miliknya dan milik sepupunya di sisi barat desa.

Selain itu, tentara ‘Israel’ juga menyita lahan pertanian di bagian selatan desa untuk membangun jalan baru bagi pemukim, yang menghubungkan ke pos pemukiman ilegal yang baru saja didirikan di atas taman bermain anak-anak desa.

Kini, pohon-pohon zaitun yang tersisa hanya berada di sekitar rumah-rumah warga, di antara bangunan-bangunan desa.

Penulis laporan menegaskan, serangan ‘Israel’ terhadap lahan pertanian Palestina berjalan beriringan dengan perluasan pemukiman. Pemerintah Israel baru-baru ini menyetujui pembangunan permukiman baru di kawasan E-1 timur Yerusalem. Proyek itu bagian dari rencana memutus konektivitas geografis Tepi Barat, dengan memisahkan bagian utara dan tengah dari selatan, serta mengganti jalur gerak warga Palestina menjadi jaringan terowongan.

Sejak Oktober 2023, pasukan ‘Israel’ dan pemukim telah menewaskan setidaknya seribu warga Palestina di Tepi Barat dan menahan ribuan lainnya. (zarahamala/arrahmah.id)