RAMALLAH (Arrahmah.id) – Pasukan ‘Israel’ menarik diri pada Ahad (24/8/2025) pagi dari kota Al-Mughayyir, sebelah timur Ramallah, setelah pengepungan tiga hari yang meninggalkan jejak kehancuran besar dan penangkapan puluhan warga, termasuk kepala dewan desa, Amin Abu Aliya.
Menurut kantor berita Anadolu, warga langsung turun ke jalan usai tentara mundur untuk menilai kerusakan. Mereka menemukan sekitar 3000 pohon zaitun berusia ratusan tahun telah dicabut. Di sisi timur desa, warga bergegas menanam kembali pohon-pohon yang dihancurkan buldoser ‘Israel’.
Meski pasukan keluar dari dalam Al-Mughayyir, kendaraan militer ‘Israel’ masih mengepung area sekitar desa, sambil membuka jalan baru menuju permukiman ilegal.
Selama operasi, tentara ‘Israel’ meratakan lahan pertanian, menggeledah puluhan rumah, dan merusak isinya, tindakan yang oleh warga disebut sebagai aksi “balas dendam.”
Penangkapan Kepala Dewan Desa
Pengepungan berakhir dengan penangkapan Amin Abu Aliya pada Sabtu malam (23/8). Sebelumnya, putranya lebih dulu ditahan, dan tentara menyampaikan bahwa Abu Aliya harus menyerahkan diri untuk mengakhiri kebuntuan.
Dalam video terakhir sebelum ditangkap, Abu Aliya menyatakan: “Saya mengorbankan kebebasan saya demi keluarga, dan saya telah memberikan setiap pelayanan yang bisa saya lakukan untuk negeri ini tanpa diskriminasi.”
Komisi Anti-Tembok dan Permukiman Palestina mengungkapkan, otoritas ‘Israel’ telah mengeluarkan perintah militer untuk mencabut pohon di atas lahan seluas 297 dunam milik desa Al-Mughayyir dengan dalih alasan keamanan terkait perluasan permukiman.
Gelombang Penangkapan di Tepi Barat
Pada Ahad dini hari (24/8), tentara ‘Israel’ juga melancarkan operasi penangkapan lebih luas di berbagai wilayah Tepi Barat, menahan sembilan warga Palestina dan memukuli seorang lainnya hingga luka parah.
Berdasarkan laporan kantor berita resmi WAFA, razia terjadi di Nablus, Jenin, Tulkarem, dan Hebron. Empat orang ditangkap di Nablus, termasuk dari kamp pengungsi Balata.
Di Tulkarem, seorang mahasiswa Universitas, Muqdad Shadid, ditahan setelah rumahnya dirusak. Sementara dari Jenin, seorang pemuda ditangkap di Qabatiya.
Di Hebron, tentara menangkap Muhammad Kayed Abu Atwan dan Yamen Amjad Haribat dari desa Tabqa, serta Haitham Shalaldeh dari Sa’ir. Seorang pemuda lain dari Idhna dilaporkan diseret dari mobilnya dan dipukuli hingga harus dilarikan ke rumah sakit.
Sejak 7 Oktober 2023, lebih dari 1.015 warga Palestina tewas dan hampir 7.000 lainnya luka-luka di Tepi Barat akibat serangan tentara maupun pemukim ‘Israel’. Lebih dari 18.500 orang telah ditahan.
Sementara di Gaza, Kementerian Kesehatan mencatat 62.622 warga Palestina tewas dan 157.673 luka-luka, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Lebih dari 9.000 orang masih hilang, ratusan ribu mengungsi, dan kelaparan telah merenggut 281 nyawa, termasuk 114 anak. (zarahamala/arrahmah.id)