1. News
  2. Internasional

Investigasi Ungkap Sniper ‘Israel’-AS-Jerman Tembak Mati Satu Keluarga Palestina di Gaza

Zarah Amala
Kamis, 11 September 2025 / 19 Rabiul awal 1447 11:00
Investigasi Ungkap Sniper ‘Israel’-AS-Jerman Tembak Mati Satu Keluarga Palestina di Gaza
Penembak jitu 'Israel' Daniel Raab, mantan pemain basket perguruan tinggi AS dari Illinois. (Foto: rekaman video)

GAZA (Arrahmah.id) – Empat anggota keluarga Palestina tewas di Gaza City akibat tembakan penembak jitu ‘Israel’ yang berasal dari Amerika Serikat dan Jerman. Fakta ini terungkap lewat investigasi internasional selama lima bulan, dipublikasikan oleh The Guardian, Arab Reporters for Investigative Journalism (ARIJ), Paper Trail Media, Der Spiegel, dan stasiun TV Jerman ZDF.

Kasus ini menimpa keluarga Doghmosh di lingkungan Tal al-Hawa pada 22 November 2023. Rekaman video dan kesaksian korban selamat menunjukkan bagaimana Salem Doghmosh (19) ditembak di kepala ketika mencoba mengambil jasad saudaranya, Mohammed, yang baru saja ditembak mati beberapa menit sebelumnya. Sang ayah, Montasser (51), ikut ditembak mati saat berusaha mendekati kedua putranya. Seorang kerabat lain, Mohammed Farid, juga gugur di lokasi, sementara dua anggota keluarga lainnya luka-luka.

“Itu Eliminasi Pertama Saya”

Dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan secara online, penembak jitu ‘Israel’ bernama Daniel Raab, mantan pemain basket perguruan tinggi asal Illinois, AS, mengakui ia tahu Salem tak bersenjata, namun tetap menembak.

“Itu eliminasi pertama saya,” kata Raab, sambil menyebut korban sebagai “teroris.”

Dalam rekaman lain yang diunggah di X, Raab menjelaskan: “Salem membungkuk untuk mengambil saudaranya, lalu saya menembak satu peluru dan mengenai kepalanya.”

Raab bahkan mengaku tak peduli dengan alasan Salem nekat mengambil jasad saudaranya. “Apa pentingnya mayat itu?” katanya. Ia menambahkan bahwa orang-orang Gaza terus datang mencoba mengambil jasad korban, dan tugas mereka sebagai penembak jitu adalah mencegahnya.

Raab kemudian dengan bangga menyebut unitnya telah membunuh lebih dari 100 orang selama penugasannya di Gaza.

Jejak Foto, Video, dan Bukti Medis

Tim investigasi mengumpulkan kesaksian dari penyintas, saksi mata, dan keluarga korban, ditambah rekam medis serta analisis citra geo-lokasi dari foto dan video.

Investigasi juga mengidentifikasi rekan Raab, yakni Daniel Graetz, seorang warga Jerman asal Munich. Keduanya tergabung dalam skuad penembak jitu yang menyebut diri mereka “ghosts” (para hantu), yang banyak beranggotakan warga berkewarganegaraan ganda.

Foto dan video penugasan menunjukkan posisi mereka di sebuah gedung enam lantai, sekitar 400 meter dari Jalan Moneer al-Rayyes, lokasi terjadinya pembantaian keluarga Doghmosh.

Para ahli hukum internasional yang diwawancarai menegaskan bahwa penembakan terhadap warga sipil tak bersenjata, termasuk mereka yang sedang berusaha mengevakuasi jasad korban, jelas merupakan kejahatan perang.

The Guardian menulis bahwa kisah ini mencerminkan pola berulang pasukan ‘Israel’ yang kerap memperlakukan laki-laki Gaza berusia 18 hingga 40 tahun sebagai target, meski mereka tak bersenjata.

Raab bahkan sempat berujar: “Mereka berpikir tak akan ditembak karena memakai baju sipil, tidak membawa senjata, tapi mereka salah. Memang untuk itu penembak jitu ditugaskan.”

“Tuhan Tak Akan Memaafkan”

Fayza Doghmosh, ibu dari Salem dan Mohammed, tak kuasa menahan tangis saat diperlihatkan rekaman detik-detik kematian putranya.

“Biarpun saya memaafkannya, Tuhan tidak akan,” katanya tentang Raab.

Menurut The Guardian, video eksekusi Salem, bersama rekaman serangan terhadap warga sipil lainnya,  diunggah lima bulan setelah kejadian, menjadi bagian dari montase yang dibuat seorang tentara ‘Israel’ bernama Shalom Gilbert untuk merayakan penugasan mereka di Gaza.

Raab juga sempat menyombongkan pencapaian timnya: “Kami sudah menewaskan 105 orang saat penugasan berakhir. Itu sungguh luar biasa.”

Profesor hukum internasional di Stanford, Tom Dannenbaum, menegaskan bahwa bukti yang ada “jelas menunjukkan terjadinya kejahatan perang.” (zarahamala/arrahmah.id)