1. Opini

INDONESIA GELAP INDONESIA CEMAS: Refleksi Setahun Pemerintahan Prabowo

Oleh Ustaz Irfan S. Awwas
Diperbaru: Kamis, 14 Agustus 2025 / 20 Safar 1447 07:23
INDONESIA GELAP INDONESIA CEMAS: Refleksi Setahun Pemerintahan Prabowo
Ilustrasi (Arrahmah AI)

(Arrahmah.id) – HARI AHAD, 17 Agustus 2025 M / 23 Safar 1447 H, bangsa Indonesia memasuki usia 80 tahun kemerdekaan. Peringatan HUT ke-80 RI ini menjadi momen penting untuk merefleksikan perjalanan bangsa dan memperkuat semangat persatuan dalam membangun masa depan yang lebih baik. Pemerintah telah menetapkan tema dan logo resmi untuk perayaan HUT ke-80, yaitu “Bersatu, Berdaulat, Rakyat Sejahtera, Indonesia Maju”.

Namun, suasana perayaan kemerdekaan ini ternodai oleh berbagai kebijakan pemerintah yang menuai kontroversi dan kecaman dari masyarakat, sehingga tema tersebut terdengar paradoks. Setahun pemerintahan Prabowo telah berlalu, dan tagar #IndonesiaGelap menjadi trending di media sosial, karena masyarakat merasa bahwa Indonesia sedang mengalami kegelapan akibat berbagai kebijakan dan citra penguasa yang menunjukkan dzulumat atau kegelapan.

اَللّٰهُ وَلِيُّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا يُخْرِجُهُمْ مِّنَ الظُّلُمٰتِ اِلَى النُّوْرِۗ وَالَّذِيْنَ كَفَرُوْٓا اَوْلِيَاۤؤُهُمُ الطَّاغُوْتُ يُخْرِجُوْنَهُمْ مِّنَ النُّوْرِ اِلَى الظُّلُمٰتِۗ اُولٰۤىِٕكَ اَصْحٰبُ النَّارِۚ هُمْ فِيْهَا خٰلِدُوْنَ

“Allah Pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya ialah syaitan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 257)

Ayat ini menjelaskan tentang dua golongan manusia, yaitu orang-orang yang beriman dan orang-orang yang kafir. Orang-orang yang beriman memiliki Allah sebagai pelindung, yang mengeluarkan mereka dari kegelapan kekafiran dan kebodohan menuju cahaya keimanan dan ilmu pengetahuan. Sementara itu, orang-orang kafir memiliki setan sebagai pelindung, yang mengeluarkan mereka dari cahaya keimanan menuju kegelapan kekafiran dan kebodohan.

Tagar #IndonesiaGelap menggema di media sosial untuk menyikapi berbagai kebijakan yang dilakukan Presiden Prabowo Subianto sejak 100 hari pemerintahannya yang dianggap tidak pro rakyat.

Kini, setahun pemerintahan Prabowo, muncul lagi narasi “Indonesia Cemas” merujuk pada kekhawatiran dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mencapai visi “Indonesia Emas 2045”, yaitu menjadi negara maju dan sejahtera.

Masyarakat berharap agar pemerintah lebih sensitif terhadap kondisi rakyat dan tidak membuat kebijakan yang menambah penderitaan rakyat. Pemerintah harus mengutamakan kesejahteraan masyarakat dalam membuat kebijakan, bukan hanya mempertimbangkan kepentingan politik atau ekonomi.

Pemerintah harus memastikan bahwa kebijakan yang dibuat benar-benar berpihak pada masyarakat luas dan tidak hanya menguntungkan segelintir pihak. Pemerintah juga harus lebih responsif terhadap aspirasi masyarakat dan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kebijakan yang telah dijalankan.

Tagar “Indonesia Cemas” adalah refleksi dari kekhawatiran dan tantangan yang perlu diatasi agar Indonesia dapat mewujudkan visi “Indonesia Emas” dan menghindari potensi masalah yang dapat menghambat kemajuan bangsa.

Akan tetapi, hingga HUT RI ke-80, rakyat merasakan bahwa Presiden Prabowo hanya sibuk mengatur narasi pidato politik, sehingga tidak sempat mengontrol menteri dan pejabatnya yang membuat kebijakan secara ugal-ugalan, penuh tipu muslihat, mengancam, dan menakuti-nakuti rakyat. Para pejabat sibuk mencari celah untuk merampas harta rakyat. Segala hal yang menyangkut kehidupan masyarakat dikenai pajak.

Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mewanti-wanti masyarakat yang belum membayar pajak akan dipersulit mengurus administrasi, seperti pembuatan paspor. Pernyataan Menkeu Sri Mulyani yang menyebut bahwa mereka yang menolak membayar pajak sebaiknya tidak tinggal di Indonesia semakin menekan masyarakat. Sepertinya, tanpa disadari, para pejabat ini sengaja membuat kebijakan untuk menghancurkan Indonesia, supaya rakyat membenci negerinya sendiri akibat kecewa pada perilaku pejabat negara.

Sejumlah kebijakan pemerintah yang dipimpin Presiden Prabowo Subianto belakangan ini menuai kontroversi dan kecaman dari masyarakat, antara lain:

  1. Alokasi Anggaran Pertahanan: Alokasi anggaran pertahanan yang dinilai terlalu besar di tengah kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih.
  2. Penggunaan Dana Efisiensi: Rencana penggunaan dana efisiensi untuk proyek-proyek besar yang tidak berdampak langsung pada masyarakat.
  3. Kebijakan Pajak: Kebijakan pajak yang memberatkan rakyat. Seorang bupati di Jateng menaikkan pajak hingga 250 persen.
  4. Kebijakan yang mencemaskan: rekening bank yang menganggur 3 bulan diblokir negara, tanah bersertifikat menganggur 2 tahun disita negara, masyarakat yang memakai air tanah dari sumur wajib izin Kementerian ESDM, kendaraan yang tidak bayar pajak akan disita negara.

Intrik Setan Godain Manusia

Dalam kehidupan sosial dan politik masa kini, godaan setan masih sangat nyata. Manusia harus waspada dan berhati-hati dalam menghadapi godaan setan dari berbagai arah. Bukan saja waspada dari godaan setan jin, tapi juga waspada dari godaan setan berwujud manusia.

Setan–Iblis laknatullah telah mengeluarkan ancaman serta intimidasi akan menjauhkan manusia dari agama Allah, menggunakan segala cara dan dari segala arah.

قَالَ فَبِمَآ اَغْوَيْتَنِيْ لَاَقْعُدَنَّ لَهُمْ صِرَاطَكَ الْمُسْتَقِيْمَۙ
ثُمَّ لَاٰتِيَنَّهُمْ مِّنْۢ بَيْنِ اَيْدِيْهِمْ وَمِنْ خَلْفِهِمْ وَعَنْ اَيْمَانِهِمْ وَعَنْ شَمَاۤىِٕلِهِمْۗ وَلَا تَجِدُ اَكْثَرَهُمْ شٰكِرِيْنَ

Iblis berkata: “Wahai Tuhanku, karena Engkau telah mengusirku dari surga, pasti aku akan menjauhkan manusia dari agama-Mu yang benar. Aku pasti akan menggoda manusia dari depan, belakang, kanan, dan kiri mereka, sehingga Engkau akan melihat sebagian besar manusia tidak taat kepada-Mu.” (QS. Al-A’raf [7]: 16–17)

Bagaimanakah implementasi ancaman iblis, yang akan menggoda manusia dari arah depan, belakang, sebelah kanan, dan sebelah kiri dalam kehidupan sosial dan politik masa kini? Imam Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala menjelaskan maksud ayat ini dengan mengutip pendapat dari sahabat mulia ‘Abdullah bin ‘Abbas Radhiyallahu ‘anhu, tentang godaan setan dari berbagai arah:

  1. Godaan Setan dari Arah Depan: Setan akan menggoda manusia dari arah depan dengan membuat mereka ragu dan tidak percaya tentang kehidupan akhirat. Mereka akan diyakinkan bahwa tidak ada hari pembalasan, tidak ada surga dan neraka, sehingga membuat seseorang menjadi skeptis, tidak peduli, dan tidak perlu khawatir tentang akibat dari perbuatan mereka di dunia. Godaan ini dapat membuat manusia menjadi sekuler, liberal, ateis, tidak peduli dengan agama, dan tidak memiliki motivasi untuk berbuat amal shalih.
  2. Godaan Setan dari Arah Belakang: Setan akan menggoda manusia dari arah belakang dengan membuat mereka terlalu fokus pada urusan dunia. Mereka akan digemarkan untuk mencapai tujuan duniawi dengan cara apa pun, tidak peduli halal atau haram, bahkan jika itu berarti mengorbankan nilai-nilai agama dan moral. Godaan ini dapat membuat manusia menjadi materialistis dan tidak peduli dengan kehidupan spiritual, anti-sosial, dan kemanusiaan.
  3. Godaan Setan dari Arah Kanan: Setan akan menggoda manusia dari arah kanan dengan membuat mereka bingung dalam urusan agama. Mereka akan dihadapkan pada banyaknya perselisihan pendapat dan tafsiran yang berbeda-beda, sehingga mereka menjadi tidak yakin tentang apa yang benar dan apa yang salah. Godaan ini dapat membuat manusia menjadi ragu-ragu dan tidak memiliki keyakinan yang kuat tentang agama. Contohnya, umat Islam berselisih apakah membantu saudara muslim di Palestina melawan kebiadaban zionis Israel. Akibat perbedaan paham, ada di antara umat Islam mengancam penceramah dan membubarkan pengajiannya.
  4. Godaan Setan dari Arah Kiri: Setan akan menggoda manusia dari arah kiri dengan membuat mereka terlena dengan berbagai model perilaku maksiat yang menarik. Mereka akan dibuat percaya bahwa melakukan maksiat adalah hal yang normal dan tidak ada masalah. Godaan ini dapat menjerumuskan manusia ke dalam perilaku maksiat dan mungkarat, serta tidak memiliki kontrol diri.

Akan tetapi, Iblis tidak menggoda manusia dari atas dan bawah karena Allah telah memberikan perlindungan kepada manusia melalui dua jalan ini. Dijelaskan dalam sebuah tafsir Al-Qur’an, mufassir Al-Fakhrur-Razy mengatakan: “Diriwayatkan bahwa ketika Iblis menyampaikan ancamannya tersebut, maka para malaikat menjadi kasihan terhadap manusia. Mereka berkata: ‘Wahai Tuhan kami, bagaimana mungkin manusia bisa melepaskan diri dari gangguan iblis?’”

Maka Allah berfirman kepada mereka, bahwa bagi manusia masih tersisa dua jalan: atas dan bawah. Jika manusia mengangkat kedua tangannya dalam doa dengan rasa hormat dan ikhlas, atau bersujud dengan dahinya di atas tanah dengan penuh khusyu’, Aku akan mengampuni dosa-dosa mereka.”

Oleh karena itu, iblis tidak berani menggoda manusia dari arah atas dan bawah, karena tahu bahwa Allah telah memberikan perlindungan kepada manusia melalui dua jalan ini, yaitu DOA dan SHALAT.

قَالَ اخْرُجْ مِنْهَا مَذْءُوْمًا مَّدْحُوْرًا ۗ لَمَنْ تَبِعَكَ مِنْهُمْ لَاَمْلَـَٔنَّ جَهَنَّمَ مِنْكُمْ اَجْمَعِيْنَ

Allah berfirman kepada Iblis: “Wahai Iblis, keluarlah kamu dari surga dalam keadaan hina dan tercela. Siapa pun manusia yang mengikuti kamu, pasti Aku akan masukkan dia bersama kamu ke neraka Jahanam.” (QS. Al-A’raf [7]: 18)

Dengan memahami godaan setan dan memiliki perlindungan dari Allah melalui doa dan shalat, insya Allah manusia dapat terhindar dari gangguan iblis dan menjalani kehidupan yang lebih baik. Maka hindari berteman dengan setan, baik setan jin maupun setan manusia. Jangan ragu dengan kebenaran Islam, jangan berbuat maksiat dan mungkarat, jauhi pola dan sistem hidup teman-teman setan, baik dari kalangan orang kafir ataupun kalangan muslim yang tertipu oleh mereka. Ikuti syariat Islam, pasti selamat dunia dan akhirat.

Yogyakarta, Jum’at 15 Agustus 2025

(*/arrahmah.id)

Editor: Samir Musa