1. News
  2. Internasional

Global Sumud Flotilla Terkini: Greta Thunberg Disiksa dan Yvonne Ridley Hilang dari Penjara ‘Israel’

Hanoum
Senin, 6 Oktober 2025 / 14 Rabiul akhir 1447 04:38
Global Sumud Flotilla Terkini: Greta Thunberg Disiksa dan Yvonne Ridley Hilang dari Penjara ‘Israel’
Greta Thunberg (kiri) dan Yvonne Ridley (kanan). [Foto: X]

GAZA (Arrahmah.id) — Dibalik dideportasinya 137 relawan Global Sumud Flotilla oleh ‘Israel’, ternyata masih menyisakan beberapa relawan yang saat ini masih ditahan bahkan tidak diketahui kabarnya.

Relawan Global Sumud Flotilla yang juga eks tahanan Taliban yang menjadi muslimah, Yvonne Ridley, dikabarkan hilang setelah ditahan di Penjara Ktzi’ot di ‘Israel’.

Yvonne terakhir kali diketahui melakukan mogok makan dan tidak diberi akses terhadap pengobatannya. Dia dilaporkan akan dideportasi ke Istanbul tetapi menghilang selama pemindahan, dan keberadaannya masih belum diketahui.

Kisah tragis juga dialami tokoh utama pengusung Global Sumud Flotilla Greta Thunberg. Thunberg dikabarkan mengalami penyiksaan oleh tentara ‘Israel’ saat dalam penahanan usai armada kapal Global Sumud Flotilla menuju Gaza diserang pasukan Zionis, lapor CNN (5/10/2025).

Sejumlah aktivis yang dideportasi dari ‘Israel’ menuduh pasukan ‘Israel’ memperlakukan Thunberg secara buruk.

Jurnalis Turki sekaligus peserta Global Sumud Flotilla, Ersin Celik, mengatakan kepada media lokal bahwa ia menyaksikan pasukan ‘Israel’ menyiksa Greta Thunberg.

Celik bahkan menggambarkan bagaimana Thunberg diseret di tanah dan dipaksa mencium bendera ‘Israel oleh tentara Zionis.

Sementara itu, aktivis Malaysia Hazwani Helmi dan peserta armada Global Sumud Flotilla asal Amerika Serikat, Windfield Beaver, memberikan kesaksian serupa di Bandara Istanbul. Mereka menuturkan bahwa Thunberg didorong dengan kasar dan dipamerkan sambil diselimuti bendera ‘Israel’.

“Itu bencana. Mereka memperlakukan kami seperti binatang,” ujar Helmi, seraya menambahkan bahwa para tahanan tidak diberi makanan, air bersih, maupun obat-obatan.

Beaver juga menuturkan Thunberg diperlakukan sangat buruk dan dijadikan alat propaganda, mengenang bagaimana ia didorong masuk ke sebuah ruangan ketika Menteri Keamanan Nasional sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, masuk.

Ada lagi jurnalis Italia Lorenzo Agostino, yang juga berada di armada tersebut, turut menegaskan perlakuan buruk yang dialami Thunberg.

“Greta Thunberg, seorang perempuan pemberani, baru berusia 22 tahun. Ia dihina, dililit dengan bendera ‘Israel’, dan dipertontonkan layaknya sebuah trofi,” ujarnya kepada Anadolu Agency.

Kesaksian lain menggambarkan perlakuan yang lebih parah dari tentara ‘Israel’. Presenter televisi Turki, Ikbal Gurpinar, mengatakan para pasukan ‘Israel’ memperlakukan kami seperti anjing.

“Mereka membiarkan kami kelaparan selama tiga hari. Mereka tidak memberi kami air; kami terpaksa minum dari toilet … Hari itu sangat panas, dan kami semua hampir terbakar,” ucap Gurpinar seperti dikutip Al Jazeera.

Ia menambahkan bahwa pengalaman itu memberinya “pemahaman lebih baik tentang kondisi Gaza.”

Sementara itu, aktivis Turki Aycin Kantoglu menceritakan tentang tembok penjara yang berlumuran darah serta coretan pesan dari para tahanan sebelumnya.

“Kami melihat para ibu menuliskan nama anak-anak mereka di dinding. Kami benar-benar merasakan sedikit dari apa yang dialami warga Palestina,” katanya.

Sebanyak 137 orang penumpang puluhan armada kapal Global Sumud Flotilla yang dideportasi mendarat di Istanbul pada Sabtu, termasuk 36 warga negara Turki serta aktivis dari Amerika Serikat, Italia, Malaysia, Kuwait, Swiss, Tunisia, Libya, Yordania, dan sejumlah negara lain.

Anggota parlemen Italia, Arturo Scotto, menjadi salah satu politikus negara asing yang ikut serta dalam armada Global Sumud Flotilla tersebut.

Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menyatakan sebanyak 26 warga Italia telah dideportasi, sementara 15 lainnya masih ditahan di Israel menunggu proses pemulangan.

‘Israel’ kian menghadapi kecaman internasional setelah angkatan lautnya mencegat sekitar 40 kapal Global Sumud Flotilla pembawa bantuan ke Gaza dan menahan lebih dari 450 orang di dalamnya.

Para pengkritik menilai serangan itu menegaskan kembali ilegalitas blokade ‘Israel’, yang selama ini memutus akses 2,3 juta penduduk Gaza di tengah perang yang masih berlangsung.

Sementara itu, Armada Global Sumud Flotilla yang diluncurkan pada akhir Agustus itu merupakan upaya internasional terbaru untuk menembus pengepungan ‘Israel’ dan menyalurkan bantuan bagi warga Palestina. (hanoum/arrahmah.id)