GAZA (Arrahmah.id) – Protes besar meletus di berbagai kota Eropa pada Rabu malam (1/10/2025) setelah pasukan ‘Israel’ mencegat Global Sumud Flotilla (GSF), konvoi lebih dari 40 kapal sipil yang membawa 532 anggota parlemen, pengacara, dan aktivis dari lebih 45 negara dalam upaya menembus blokade Gaza.
Aksi demonstrasi berlangsung di Berlin, Barcelona, Brussel, dan Istanbul. Di Italia, massa menyerbu stasiun utama di Napoli hingga menghentikan arus kereta. Di Roma, polisi menutup akses Stasiun Termini setelah ratusan orang berkumpul di pintu masuk, sementara di Genoa, aktivis mengumumkan rencana untuk memblokir pelabuhan.
Insiden ini juga memicu gelombang aksi buruh. Unione Sindacale di Base (USB), serikat buruh yang sebelumnya berjanji akan mogok jika armada diserang, menuduh ‘Israel’ melanggar hukum internasional dan menyerukan mogok nasional pada Jumat (3/10). “Global Sumud diserang. ‘Israel’ menyerang hukum internasional. Saatnya menghentikan segalanya,” tulis USB di X.
Tak lama berselang, CGIL, konfederasi serikat buruh terbesar di Italia, turut menyuarakan dukungan. Mereka menyebut serangan terhadap kapal yang mengangkut warga Italia sebagai “masalah yang sangat serius.”
Mogok nasional ini menjadi yang kedua dalam beberapa pekan terakhir sebagai bentuk solidaritas untuk Gaza, setelah USB menggelar aksi serupa pada 22 September yang berujung ricuh di Milan. Sebelumnya, buruh pelabuhan Italia juga telah memblokir kapal-kapal yang mereka identifikasi terhubung dengan ‘Israel’.
Armada solidaritas itu mengangkut terutama makanan dan obat-obatan. Mereka berangkat pada akhir Agustus dan dijadwalkan tiba di Gaza pada Kamis pagi (2/10) jika tidak ada halangan. Namun, ‘Israel’ tetap mencegat meski sudah berulang kali mendapat peringatan agar konvoi berbalik arah, dan setelah Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani sempat memastikan bahwa aparat ‘Israel’ tidak akan menggunakan kekerasan terhadap peserta.
Konfrontasi di laut ini terjadi di tengah perang dan blokade ‘Israel’ yang masih berlangsung atas Gaza. Sejak Oktober 2023, militer ‘Israel’ telah menewaskan lebih dari 66.100 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Blokade yang telah berlangsung hampir 18 tahun itu makin diperketat pada 2 Maret lalu ketika semua jalur penyeberangan ditutup, membuat bantuan makanan dan obat-obatan terhenti, serta mendorong 2,4 juta penduduk Gaza ke jurang kelaparan dan penyakit. (zarahamala/arrahmah.id)