1. News
  2. Internasional

Dilema Netanyahu: Lanjut Perang atau Terima Kesepakatan

Zarah Amala
Rabu, 20 Agustus 2025 / 26 Safar 1447 09:50
Dilema Netanyahu: Lanjut Perang atau Terima Kesepakatan
Para analis yakin bahwa penerimaan Hamas atas proposal para mediator telah menjerumuskan Netanyahu ke dalam kekacauan politik (media sosial/x)

GAZA (Arrahmah.id) – Sementara Hamas telah menyatakan persetujuan atas usulan terbaru yang diajukan para mediator, Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu masih saja bermanuver dan mengulur waktu seperti biasanya. Adapun pemerintah Amerika Serikat mengatakan mereka masih terus membahas proposal gencatan senjata di Gaza.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed Al-Ansari, dalam konferensi pers menjelaskan bahwa usulan yang diterima Hamas memuat jalur menuju gencatan senjata permanen. Ia menekankan, inilah “yang terbaik yang bisa ditawarkan saat ini” demi menyelamatkan nyawa warga sipil di Gaza.

Namun hingga kini ‘Israel’ belum menentukan sikap. Menteri Luar Negeri Mesir, Badr Abdel Aty, menyebut “bola sekarang ada di tangan Israel.” Meski begitu, media ‘Israel’ melaporkan pernyataan dari seorang pejabat tinggi di kantor Netanyahu yang mengatakan bahwa ‘Israel’ menuntut pembebasan semua 50 tahanan yang ada di Gaza.

Menurut sejumlah analis, persetujuan Hamas atas usulan para mediator membuat Netanyahu terjebak dalam dilema politik. Dr. Mohannad Mustafa, akademisi sekaligus pakar urusan ‘Israel’, menjelaskan bahwa Netanyahu khawatir melanjutkan perang karena hasilnya tidak pasti. Di sisi lain, ia juga takut dengan kesepakatan parsial dengan perlawanan Palestina, karena itu bisa berujung pada penghentian total perang tanpa syarat ‘Israel’ terpenuhi.

Mustafa menegaskan, ‘Israel’ tidak bisa mengambil dua jalan sekaligus: memilih penyelesaian militer atau menerima kesepakatan. Kedua opsi itu saling meniadakan. Ia menyebut Netanyahu berada di persimpangan strategis: bila memilih opsi militer, maka semua tawanan ‘Israel’ di Gaza bisa terbunuh. Namun bila memilih kesepakatan, itu berarti menghancurkan ambisi Netanyahu dan kelompok sayap kanan ekstrem di ‘Israel’ terhadap Gaza.

Sementara itu, peneliti politik dan strategi, Said Ziyad, dalam wawancara dengan program Masa al-Ahdath Al Jazeera Arab mengatakan, Netanyahu kemungkinan akan menemukan jalan keluar berkat dukungan Amerika. Utusan AS untuk Timur Tengah, Steve Witkoff, menurutnya, cenderung menyuarakan semua yang diinginkan Netanyahu.

Ziyad menambahkan, dengan keras kepalanya ‘Israel’ serta dukungan penuh Washington, Gaza kini menghadapi tiga skenario:

  1. Terjerumus ke pertempuran berdarah yang akan menambah daftar korban genosida sekaligus membahayakan tawanan ‘Israel’ di Gaza.

  2. Menuju gencatan senjata permanen, namun berlangsung bertahap.

  3. Mencapai jeda perang selama 60 hari, lalu ‘Israel’ kembali melanjutkan agresinya ke Gaza.

Seperti halnya ‘Israel’, Washington juga belum menentukan posisi resminya terkait usulan ini. Mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, Thomas Warrick, menyebut respons Hamas sebagai “positif dan menarik”, namun menegaskan bahwa Washington masih perlu membahasnya dengan pihak ‘Israel’. Ia menilai, persetujuan Hamas terhadap gencatan senjata sementara memberi secercah optimisme bagi Amerika.

Berdasarkan bocoran, usulan baru ini mencakup pertukaran 10 tawanan ‘Israel’ yang masih hidup dan 18 jenazah dengan 1.700 tahanan Palestina, termasuk 45 yang dihukum seumur hidup dan 15 dengan hukuman tinggi lainnya. Gencatan senjata akan berlangsung selama 60 hari, di mana negosiasi menuju penghentian perang total akan dilakukan. (zarahamala/arrahmah.id)